Advertorial
Intisari-online.com - Sejak awal bulan ini, India terlibat bentrokan dengan China di perbatasan di lembah Galwan.
Pada Senin (15/6/20) puncak ketegangan antara kedua negara ini pun terjadi, keduanya terlibat bentrok.
Di mana ada setidaknya 20 pasukan India tewas dalam betrokan Selasa malam tersebut.
Ketika tentara India dan China saling menyerang, di Dataran Galwan, insiden dianggap sebagai puncak sengketa kedaulatan perbatasan Tiongkok-India.
Tetapi menurut pengamat, ada faktor lain yang memengaruhi bentrokan yang terjadi antara China dan India.
Menurut SCMP melalui 24h.com.vn pada Minggu (28/6/20), pengamat mengatakan bahwa satu negara yang menjadi faktor bentrokan mematikan itu adalah Pakistan.
Namun, bagaimana bisa Pakistan menjadi faktor yang memengaruhi bentrokan tersebut.
Sementara di sisi lain, Amerika yang merupakan musuh China sekaligus telah bergabung dengan Amerika sebagai sekutu, rupanya begini kisahnya.
Menurut laporan itu, diketahui Pakistan merupakan sekutu China, lapor South China Morning Post.
Pakistan juga memiliki sengketa kedaulatan dengan India di Kashmir.
Daerah ini merupakan tempat bentrokan mematikan antara India dan China.
Pada Agustus 2019, pemerintah India merampas otonomi Kashmir, langkah ini berdampak langsung pada klaim Pakistan atas Kashmir.
Di sisi lain, hal itu juga membuat China marah, karena New Delhi juga menciptakan wilayah administratif terpisah di Ladakh (bagian dari negara bagian Jammu dan Kashmir).
"India terus menantang kedaulatan wilayah Tiongkok dengan mengubah Undang-undang," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying.
"Tindakan itu tidak bisa diterima," imbuhnya.
Claude Rakisits, profesor di Universitas Nasional Australia mengatakan tindakan merampas India dari Kashmir adalah sumber konflik di dataran tinggi Galwan di Ladakh.
"Pesan China jelas, India menyelesaikan kedaulatan dengan Pakistan adalah satu hal, tetapi memengaruhi klaim Chin adalah suatu cerita yang berbeda," kata Rakisits.
Selain itu, wilayah China memiliki kepentingan ekonomi di wilayah Kashmir Pakistan, yang terletak di dalam Sabuk Ekonomo China-Pakistan (CPEC).
"Dalam jangka panjang, China akan terus membuat sengketa kedaulatan di perbatasan dengan India untuk melindungi kepentingan infrastruktur yang dibangun China di Kashmir yang dikuasai Pakistan," jelas Rakisits.
Ketegangan India-China meningkat, sementara keduanya terus memperkuat pasukan di wilayah yang di sengketakan.
Rajesh Rajagopalan, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Jawaharlal Nehru di New Delhi mengatakan.
Aliansi militer China-Pakistan di Kashmir adalah hal yang paling mengkhawatirkan bagi India.
Dalam skenario terburuk, China dan Pakistan bisa bekerja sama untuk mendistribusikan kembali wilayah Kashmir.