Advertorial
Intisari-online.com - Lembah Galwan, wilayah di Ladakh adalah tempat bentrokan antara China dan India.
Tanah ini memiliki iklim yang panas, tanah yang tandus, dan sulit ditanami tumbuhan, namun mengapa mati-matian sangat diinginan China.
Melansir 24h.co.vn, pada Jumat (19/5/2020), pada Juli 1995 China menerbitkan peta yang mengumumkan wilayah Ladakh sebagai bagian darinya.
Segera setelah peta itu diterbitkan, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru melakukan banyak diskusi dengan Tiongkok, mengenai masalah Ladakh.
Tiongkok bahkan membangun jalan yang menghubungkan Ladakh dengan dua daerah otonom lainnya, Xianjiang dan Tibet.
Alhasil, perang pun terjadi India yang tidak terima menghasilkan perang tahun 1962.
Dalam sebuah pernyataan, pada Agustus 1959, Nehru menyebut Ladakh sebagai daerah yang luas tetapi tidak berpenghuni.
Iklimnya sangat ekstrem bahkan rumput liar saja tidak tumbuh di sana.
Secara historis dan budaya, Ladakh memiliki hubungan mendalam dengan Daerah Otonomi Tibet, China.
Ladakh juga merupakan lokasi strategis membuatnya hampir berada di 3 negara, India, China dan Pakistan.
Dulunya Ladakh adalah pusat perdagangan di Asia yang sangat penting.
Ketika India diserang oleh koloni Inggris, perusahaan di India Timur sangat tertarik dengan Ladakh dan ingin membuatnya menjadi jembatan perdagangan, di wilayah Tengah Barat.
Peta berbahasa Inggris dilukis, menggambarkan Ladakh adalah wilayah India.
Sementara itu, China menolak mengakuinya dan meyakini bahwa Ladakh adalah wilayah tak bertuan, yang tidak memiliki batas jelas.
Pada tahun 1950, setelah bergabung dengan Tibet China semakin bernafsu memiliki Ladakh karena letaknya yang strategis.
Daerah ini dianggap kunci oleh China untuk mengendalikan dua daerah otonom yang stabil yakni Xianjiang dan Tibet.
"Mengenai alasan bentrokan di perbatasan yang tidak berujung antara China dan India, saya pikirsejak 2013,India sudah meningkatkan pembangunan di wilayah itu," Kata Adminaj Rej, analis keamanan internasional.
"Ini menyebabkan Beijing murka, karena dia sangat menginginkan Ladakh sebagai daerah strategis yang bisa mengendalikan Tibet dan Xianjiang," katanya.
Kemudian 18 Juni, lalu tentara India mengumumkan, bahwa mereka akan mempertahankan wilayah itu.
India juga mengatakan, 20 pasukannya ditangkap oleh Tiongkok, dalam bentrokan itu dan ada laporan menyebut mereka telah tewas.
Sementara itu diketahui, bentrokan kedua negara ini masih terus berlanjut dan menurut beberapa sumber, jumlah prajurit yang tewas dalam pertempuran ini juga meningkat.
Namun, ketegangan keduanya masih dalam batas wajar, karena baik India maupun China masih menahan diri dalam penggunaan senjata berat dalam bentrokan ini.