Advertorial

Respon Korea Selatan Usai Kantor Penghubung di Perbatasan Dihancurkan Korea Utara, Tak Kalah 'Garang' dari Pernyataan Kim Yo-Jong, Siap Perang?

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com - Baru-baru ini Korea Utara kembali mencuri perhatian dunia.

Hal itu karena negara pimpinan diktator Kim Jong-un bertindak menghancurkan kantor penghubung antara Korea Utara dan Korea Selatan di perbatasan, juga memutus komunikasi dengan sang negara musuh.

Pernyataan keras diungkapkan Kim Yo-jong yang geram dengan para pembelot Korea Utara dan menyebut mereka sampah.

Selain itu, Kim Yo-jong pun memperingatkan Korea Selatan untuk segera menyelesaikan masalah tersebut.

Baca Juga: Calon Kuat Pengganti Kim Jong-un Makin Menunjukkan 'Taringnya', Kim Yo-Jong Mengejutkan Para Ahli saat Membuat Pernyataan Menohok untuk Korea Selatan

"Saya ingin bertanya kepada pihak berwenang Korea Selatan apakah mereka siap untuk mengurus konsekuensi dari perilaku jahat yang dilakukan oleh anjing-anjing sampah seperti sampah yang tidak terburu-buru memfitnah kami sambil menyalahkan 'masalah nuklir' dengan cara paling kejam," ungkap Kim Yo-jong dikutip dari Daily Star.

Dalam pernyataannya, wanita yang disebut-sebut sebagai calon kuat pengganti Kim Jong-un itu pun menyinggung tentang deklarasi Panmunjom, deklarasi perdamaian antara pemimpin kedua negara.

“Pihak berwenang Korea Selatan harus mengetahui artikel Deklarasi Panmunjom dan kesepakatan di bidang militer di mana kedua belah pihak sepakat untuk melarang tindakan bermusuhan termasuk hamburan selebaran di daerah-daerah sepanjang Garis Demarkasi Militer," katanya.

Setelah sikap keras Korea Utara itu, rupanya Korea Selatan tak tinggal diam.

Baca Juga: Penelitian Ungkap Toilet Berpotensi Sebarkan Virus Corona, Ilmuwan Sarankan Agar Orang-orang Melakukan Hal Ini untuk Menangkalnya

Melansir The Sun (16/6/2020), Gambar-gambar menunjukkan pasukan Korea Selatan berpatroli di perbatasan dengan Korea Utara, sementara howitzer juga berkumpul di dekatnya sebagai bagian dari latihan rutin.

Selain itu, ketika Korea Utara meledakkan kantor penghubung, disebut jika tank Korea Selatan berkumpul di perbatasan.

Merespon tindakan Korea Utara, pemerintah Korea Selatan mengadakan pertemuan darurat di Gedung Biru presiden dan Dewan Keamanan Nasional.

Kim You-geun, wakil direktur kantor keamanan nasional, mengatakan mereka menyesalkan peristiwa tersebut.

Baca Juga: China Miliki 5 Kandidat untuk Vaksin Covid-19, 1 di Antaranya Sukses di Tes pada 1.120 Orang Sehat dan Hasilnya Tak Ada Reaksi Merugikan

"Pemerintah menyatakan penyesalan yang kuat atas peledakan sepihak Korea Utara atas gedung kantor penghubung antar-Korea.

"Kami memperingatkan dengan tegas bahwa kami akan meresponsnya dengan keras jika Korea Utara mengambil tindakan yang semakin memperburuk situasi," katanya.

Tak kalah menohok dari pernyataan pihak Korea Utara, Korea Selatan mengatakan bahwa pembongkaran kantor penghubung antar-Korea adalah 'pengkhianatan'.

"Kami memperjelas bahwa tanggung jawab atas apa pun yang bisa terjadi karena tindakan itu sepenuhnya berada di pihak Korea Utara," katanya.

Baca Juga: Semakin Tak Terkendali, Kapal Perang China dan AS di Laut China Selatan Hanya Berjarak 100 Meter Saja!

Media pemerintah Kim sebelumnya juga mengancam akan memindahkan militernya ke Zona Demiliterisasi (DMZ) di sepanjang perbatasan dengan Selatan. .

Dalam sebuah pernyataan melalui media pemerintah, Korea Utara mengatakan 'kantor penghubung secara tragis hancur dengan ledakan hebat' dan mengecam tetangganya karena 'melindungi sampah', yang merujuk pada pembelot di Korea Selatan.

Terkait kantor penghubung yang dihancurkan tersebut, mengutip The Sun, Seoul sendiri telah menghabiskan $ 8,6 juta untuk memperbaikinya bersama di tengah gelombang pembicaraan damai dua tahun lalu.

Fasilitas kantor penghubung selama ini membantu kedua pihak berkomunikasi, yang mana Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih dalam kondisi berperang sejak 1950.

Baca Juga: Jumlahnya Melonjak, 20 Tentara India Terbunuh dan 43 Tentara China Berjatuhan dalam 'Pertempuran Sengit' Tanpa Senjata Api di Perbatasan

Keduanya secara resmi dibagi pada tahun 1948, Utara didukung Uni Soviet yang menginvasi Selatan yang didukung AS dua tahun kemudian.

Konflik berdarah dilancarkan saat itu, sebelum akhirnya terjadi genjatan senjata pada tahun 1953.

Kemudian hubungan keduanya menemui jalan buntu selama lebih dari 60 tahun, dengan diwarnai banyak pertengkaran dan bentrokan.

Pada 2018, sebuah tawaran akhirnya dibuat untuk mencoba mencari perdamaian.

Baca Juga: Mulai Sekarang, Jangan Lagi Simpan Telur di Pintu Kulkas, Bisa Sebabkan Bahaya Bagi Kesehatan!

Kantor penghubung pun didirikan setelah perundingan penting antara Kim dan presiden Korea Selatan MOn Jae-in.

Hingga belakangan kondisi kembali memanas yang dipicu kelompok aktivis atau pembelot yang mengirim propaganda anti-Korea Utara ke perbatasan dari Selatan.

Para pembelot Korea Utara telah menerbangkan balon-balon berisi selebaran, uang tunai, drive USB, dan SD card ke negara paling terututup di dunia itu.

Kelompok-kelompok tersebut telah berjanji untuk meluncurkan lebih lanjut dalam beberapa minggu mendatang, menentang peringatan pemerintah bahwa mereka akan menghukum para aktivis.

Baca Juga: Inilah 5 Aplikasi Pendukung Saat WFH dan WFO Menjelang New Normal

Sementara itu, Korea Utara telah memperingatkan bahwa 'rencana pembalasan' sedang berlangsung - dan mengidentifikasi kantor penghubung sebagai target pertama sebelum meledakkannya pada pukul 18:00 waktu setempat.

Video pengawasan yang dirilis oleh militer Korea Selatan menunjukkan ledakan besar merobek kompleks.

Pada hari Senin, presiden Korea Selatan Moon Jae-in telah meminta Korea Utara untuk menghentikan eskalasi ketegangan.

"Kita tidak boleh mendorong kembali janji perdamaian yang saya dan Ketua Kim Jong Un buat," katanya dalam komentar yang dikeluarkan oleh kantornya.

Baca Juga: Ditempatkan Eksklusif di Barak Militer, Begini Fakta Perempuan dalam Militer Korea Utara, Dipilih yang Paling Cantik hingga Kewajiban Tampil dan Hibur Para Pemimpin

Di sisi lain, Korea Utara tampaknya mengambil sikap lebih agresif.

Staf Umum Tentara Rakyat Korea, angkatan bersenjata Korea Utara, menyatakan ancaman untuk pindah ke DMZ di media pemerintah.

Langkah ini mengikuti keputusan oleh Korea Utara pekan lalu untuk menghentikan kontak dengan Korea Selatan dan memutuskan hotline antara para pemimpin politik dan militer negara-negara itu.

Baca Juga: Terkenal Suka Memberi Utang, Ternyata China Memiliki Jumlah Utang yang Tidak Sedikit, Bahkan Ekonominya Makin Terpukul Gara-Gara Covid-19

Artikel Terkait