Advertorial

Donald Trump Melarikan Diri ke Bunker Saat AS Terjadi Kerusuhan, Ternyata Bunker Tersebut Bukan Tempat Sembarangan Sudah Digunakan AS Sejak Perang Dunia II Jika Hal Darurat Ini Terjadi

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Situasi ini membuat pemerintah AS membuat tindakan darurat, dengan capat membawa Donald Trump, Melania Trump bersama anaknya ke bunker bawah tanah.
Situasi ini membuat pemerintah AS membuat tindakan darurat, dengan capat membawa Donald Trump, Melania Trump bersama anaknya ke bunker bawah tanah.

Intisari-online.com - Pada pekan lalu sebuah protes besar-besaran terjadi di Washington DC.

Setelah pria berkulit hitam bernama George Floyd meninggal akibat ditindih oleh polisi Amerika.

Alhasil, tindakan itu membuat rakyat Amerika menuntut keadilan atas pembunuhan atas tuduhan rasisme.

Kerumunan masa yang datang membuat situasi memanas, karena mereka melempari gedung petung putih dengan batu, dan mendorong pagar.

Baca Juga: Untuk Sembuhkan Trauma Atas Peristiwa G30S, Putri Jenderal Achmad Yani Pindah ke Desa Selama Lebih dari 20 Tahun, 'Saya Banyak Bergaul dengan Petani'

Ketidakamanan situasi ini membuat pemerintah AS membuat tindakan darurat, dengan capat membawa Donald Trump, Melania Trump bersama anaknya ke bunker bawah tanah.

Meskipun pada saat itu kita mendengar bunker bawah tanah milik Amerika, namun sedikit kita ketahui tentang fakta di baliknya.

Menurut, eva.vn, bunker tersebut disebut sebagai Pusat Operasi Darurat Presiden (PEOC) di bawah Sayap Timur di Gedung Putih.

Dibangun pada awal tahun 40-an, saat Amerika berpartisipasi dalam Perang Dunia II, oleh Presiden AS Franklin Delano Roosevelt.

Baca Juga: Obat Penurun Panas pada Anak, Jangan Berikan Aspirin, Ini Alasannya!

PEOC dikatakan bukan tempat sembarangan, melainkan tempat teraman dan pusat kontak bagi Presiden AS dan faktor penting lain dalam situasi darurat.

Pengganti Roosevelt, Hary Truman memperluas PEOC dan melakukan pembongkaran total.

PEOC digunakan Presiden Amerika dalam berbagai peristiwa besar, seperti Prang Dunia II, insiden 11 September 2001.

Selama insiden 11 September 2001, Presiden George W Bush bersama ibu negara Laura Bush, bersembunyi di PEOC.

Namun sejak itu, Bush mengatakan PEOC dianggap tidak memenuhi syarat, untuk membuat presiden dan pembantunya melakukan tugas dengan efektif dalam keadaan darurat.

Sehingga Gedung Putih melakukan proyek lain untuk membangun tempat berlindung yang lebih besar.

Baca Juga: Padahal Kasus Covid-19 di Jakarta Juga Tinggi, Mengapa Justru Surabaya Berstatus Zona Merah Tua? Ternyata Ini Alasannya

Ruangan bawah tanah 5 lantai di bawah North Lawn, atau halaman gedung putih.

Tempat itu diyakini sangat efektif, seorang penulis bernama Ronald Kessler mengatakan, tidak mungkin Presiden meninggalkan Washington meski dalam keadaan darurat.

Maka membuat bunker lebih luas adalah upaya terbaik.

Pada 2010, Administrator Layanan AS (GSA) menerapkan proyek tersebut di Sayap Barat Gedung Putih.

Namun, proyek ini disembunyikan dan dikatakan sebagai proyek peningkatan infrastruktur Gedung Putih.

GSA dirahasiakan dari pandangan orang-orang, selain itu struk pembangunan juga disembunyikan.

Ruangan ini sepenuhnya terisolasi di bawah tanah, dan bisa melindungi diri dari radiasi dan serangan nuklir.

Baca Juga: Bukannya Penjahat Diadili Oleh Polisi, di Meksiko Justru Kelompok Penjahat Mengeksekusi Polisi, Bukti Kejahatan Lebih Kuat daripada Keadilan

Di dalamnya ada cukup makanan untuk bertahan berbulan-bulan, dan persediaan yang dibutuhkan untuk presiden dan pembantunya untuk melaksanakan tugasnya.

Dalam bunker ini ada dua terowongan, satu mengarah ke South Lawn area halaman Gedung Putih, di mana Donald Trump bisa naik dengan cepat ke Marine One.

Artikel Terkait