Advertorial
Intisari-Online.com - Salah satu hal yang berbahaya dari Covid-19 yaitu bahwa penyakit ini mungkin saja tidak menimbulkan gejala pada penderitanya.
Bisa saja seseorang menjadi pembawa virus corona tanpa disadari, atau berinteraksi dengan penderita Covid-19 tanpa ia ketahui.
Jika rumah sakit menjadi salah satu tempat yang ditakuti orang-orang wajar saja. Di sana jelas-jelas merupakan tempat orang-orang sakit berkumpul.
Jangankan rumah sakit, bahkan mall dan pasar pun menjadi tempat yang oleh sebagian orang dihindari.
Di saat rumah sakit dipenuhi dengan pasien corona, ternyata permintaan untuk melahirkan di rumah meningkat popularitasnya dalam 16 tahun terakhir di Amerika Serikat.
Para ibu yang ingin melahirkan di rumah dengen penyedia medis berlisensi biasanya dilakukan karena berbagai alasan.
Mereka menginginkan intervensi medis yang lebih sedikit, seperti obat penghilang rasa sakit dan induksi persalinan; mereka menginginkan kebebasan untuk mengendalikan lingkungan persalinan mereka; mereka merasa bidan akan lebih menghargai nilai-nilai agama mereka; atau mereka merasa tidak puas dengan sistem rumah sakit.
Sementara itu, Gubernur New York Andrew Cuomo mengeluarkan perintah yang hanya memungkinkan satu orang untuk hadir di ruang bersalin selama masa pandemi.
Kimberly Bonsignore (33) pun mengetahui bahwa anggota keluarganya tidak akan dapat bergabung dengannya di Rumah Sakit NYU selama persalinan dan melahirkan, ia mulai membuat rencana untuk melahirkan di rumah.
Dia tidak ingin meninggalkan suami dan putrinya. Kisah ini dibuat oleh Jaenique Hurlock dan di foto Jackie Molloy untuk National Geographic.
“Saya ingin putri saya juga ada di sana, karena saya ingin dia benar-benar mengalaminya,” kata Bonsignore.
"Aku tidak ingin pulang dan berkata, 'ini kakakmu,' seperti dia anak anjing atau semacamnya," ucapnya di laman National Geographic.
Setelah ada larangan jumlah pengunjung di ruang bersalin, bidan dan doula di seluruh kota menerima lonjakan panggilan telepon.
Tidak ingin melahirkan sendirian, banyak ibu hamil mencari sebuah alternatif.
Saat kehamilanya 37 minggu, Bonsignore menghubungi Angelique Clarke, Seorang doula dari kehamilan pertamanya.
Tidak seperti bidan, doula tidak memiliki pelatihan medis formal tetapi menawarkan dukungan fisik, mental, dan emosional untuk ibu.
Clarke menghubungkannya dengan Cara Muhlhahn, Bidan Perawat Bersertifikat yang berbasis di Kota New York (CNM).
Lebih dari dua konsultasi virtual dan kunjungan rumah mereka mulai membuat persiapan yang diperlukan untuk kelahiran di rumah, mengisi formulir medis dan memesan paket kelahiran.
Pementasan untuk melahirkan di rumah membutuhkan kolam bersalin yang akan didirikan di ruang tamu Bonsignores.
Pada pukul 7 malam, beberapa menit setelah bayi itu lahir, orang-orang bertepuk tangan seolah-olah kota itu menyambut bayi Suzette ke dunia, kata Bonsignore.
Setelah kelahiran, Muhlhahn mendengarkan jantung dan paru-paru bayi, memberikan suntikan vitamin K, dan menimbangnya.
Suzette memiliki berat 8 pound, 6 ons, dan panjang 20,25 inci.
Berkat kerja kerasnya, Muhlhahn menjadwalkan pertemuan lanjutan dengan Bonsignore untuk memeriksa ibu dan bayi.
Terlepas dari ketakutanya, suami Bonsignore mendapati bahwa pengalaman kelahiran itu menggembirakan.
"Ini jauh lebih organik daripada ketika Anda berada di rumah sakit," katanya.
Artikel ini telah tayang di Nationalgeographic.grid.iddengan judul Karena Rumah Sakit Penuh Pasien COVID-19, Ia Pilih Melahirkan di Rumah