Advertorial
Intisari-online.com - Sejak pertama kali diidentifikasi pada akhir Desember 2019, kasus virus corona di dunia telah mencapai lebih dari 5 juta.
Pasien-pasien Covid-19 ini mengalami berbagai macam gejala.
Virus corona umumnya menyerang paru-paru sehingga dapat menyebabkan pneumonia atau gangguan pernapasan.
Kondisi ini dialami oleh satu dari lima pasien yang terpapar virus corona dan dapat memicu kegagalan organ lain.
Kasus-kasus baru yang masih terus dikonfirmasi pun menunjukkan kerusakan yang tidak biasa, mulai dari darah yang menggumpal hingga ruam pada tubuh anak-anak.
Setiap tubuh manusia memiliki keunikan tersendiri. Oleh karena itu, suatu jenis penyakit juga dapat menghasilkan gejala yang aneh pada kondisi tertentu.
Gejala langka virus corona
Mengutip National Geographic, Kamis (21/5/2020), berikut adalah sejumlah gejala langka yang diteliti pada pasien Covid-19:
1. Kemungkinan infeksi jantung
Selain paru-paru, virus corona baru ini juga tampaknya menimbulkan kerusakan pada jantung.
Menurut sebuah penelitian baru di China, satu dari lima pasien Covid-29 disebut mengalami cedera jantung.
Jantung bertugas memompa darah ke seluruh tubuh, memasok organ dengan oksigen dari paru-paru.
Jika virus menyerang paru-paru, organ ini menjadi kurang efisien dalam memasok oksigen ke aliran darah.
Hingga kini, berbagai penelitian terus dilakukan untuk melihat kemungkinan virus corona menyebabkan infeksi jantung ini.
Bukti-bukti soal gejala pada jantung ini memunculkan pertanyaan apakah Covid-19 harus diklasifikasikan juga sebagai penyakit kardiovaskuler atau tidak.
"Pertanyaan-pertanyaan ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana kita harus merawat pasien saat ini.
"Saat seorang laki-laki berusia 75 tahun datang dengan sakit di dada, apakah itu serangan jantung atau Covid-19?" kata Profesor Kardiologi di University Feinberg School of Medicine Robert Bonow.
2. Pembekuan darah misterius
Pada sebagian pasien, Covid-19 menyebabkan pembekuan darah.
Lebih dari 160 tahun lalu, seorang dokter Jerman bernama Rudolf Virchow merinci tiga alasan pembekuan darah abnormal dapat terjadi.
Pertama, jika lapisan dalam pembuluh darah terluka sehingga melepaskan protein yang memicu pembekuan.
Kedua, gumpalan dapat terbentuk jika aliran darah menjadi stagnan.
Ketiga, pembuluh darah dapat menjadi kacau karena trombosit atau protein sirkulasi yang memperbaiki luka.
Kondisi ini biasanya terjadi karena penyakit bawaan, tetapi juga dapat dipicu oleh peradangan sistemik.
"Saya pikir, kami memiliki bukti bahwa ketiganya memiliki peran dalam Covid," kata Profesor Kedokteran di rumah sakit University of Pennsylvania, Adam Cuker.
Hingga kini, belum jelas alasan mengapa gumpalan darah akibat Covid-19 sangatlah kecil dan dapat mengisi ratusan organ.
Cuker sendiri mengatakan bahwa para ilmuwan pun meneliti gejala-gejala ini dengan perspektif yang lebih luas untuk menemukan jawabannya.
"Semua sistem ini mungkin memainkan perannya sendiri, dan kita perlu memahami itu" kata dia.
Baca Juga: Ternyata Tubuh Anda Akan Alami Hal Ini Jika Tiap Hari Makan Nasi dan Tempe, Baik atau Buruk Sih?
3. Stroke yang tidak terduga
Peningkatan kemungkinan pembekuan darah dapat menjelaskan mengapa pasien Covid-19 muda tanpa faktor risiko jantung menderita stroke.
Meskipun cukup mengejutkan, gejala ini seharusnya dapat diperkirakan mengingat hubungannya pada kasus wabah SARS pada 2002-2003 lalu, yang disebabkan oleh strain virus corona berbeda.
"Hampir semua hal (neurologis) yang kita lihat sekarang pada Covid-19 adalah hal-hal yang mungkin telah Anda perkirakan akan terjadi" kata Kenneth Tyler, Ketua Departemen University of Colorado School of Medicine.
Sebagian besar stroke yang dilaporkan pada pasien Covid-19 adalah iskemik, artinya gumpalan menyumbat salah satu pembuluh yang memasok darah ke otak.
Namun, hingga kini, belum dapat dijelaskan bagaimana stroke dan pembekuan darah mungkin terjadi secara umum pada pasien virus corona tersebut.
4. Inflamasi otak
Laporan-laporan kasus yang ada juga menghubungkan pasien Covid-19 yang mengalami ensefalitis atau radang otak, serta sindrom yang cukup jarang disebut, yaitu Guillain-Barré, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang saraf.
Pada kasus yang lebih ringan, ensefalitis dapat menyebabkan gejala seperti flu, sedangkan dalam kasus yang lebih parah, kemungkinan menyebabkan kejang, kelumpuhan, dan kebingungan.
Hingga kini, para ilmuwan juga belum benar-benar mengatahui mekanisme pasti dari sindrom Guillain-Barré.
Namun, dimungkinkan adanya keterkaitan dengan sistem kekebalan tubuh yang didapat.
5. Ruam
Salah satu gejala Covid-19 yang baru ditemukan adalah luka pada kulit seperti ruam, Covid toe, hingga gejala lainnya pada anak-anak yang disebut mirip dengan sindrom Kawasaki.
Menurut Profesor Dermatologi di University of California, Kanade Shinkai, untuk memahami gejala-gejala ini, diperlukan lebih banyak penelitian.
Salah satu penelitian di Italia mengidentifikasi ruam pada 20 persen pasien Covid-19, sedangkan penelitian lain di Wuhan menyebut hanya 0,2 persen pasien yang mengalaminya.
Kepala Layanan Kritis Medis di Boston Children's Hospital mengatakan bahwa kini dokter baru memulai untuk menggambarkan hubungan gejala ini.
(Vina Fadhrotul Mukaromah)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Para Ahli Teliti Gejala-gejala Langka Virus Corona, Apa Saja?"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini