Advertorial
Intisari-online.com -Kerusakan pada sistem sirkulasi darah yang disebabkan virus Corona adalah asal muasal kegagalan organ.
Sejak awal mula virus Corona pertama kali timbulkan masalah, virus tersebut sebabkan komplikasi pada paru-paru.
Komplikasi tersebut berupa penyakit mirip pneumonia.
Sebelum mewabah ke banyak negara, ilmuwan China temukan jika komplikasi dari Sars-CoV-2 bisa merembet ke sistem pencernaan menjadi diare.
Selanjutnya ilmuwan juga temukan jika Covid-19 bisa sebabkan gagal jantung.
Namun apa penyebab semua rembetan komplikasi ini?
Awal-awal penyakit baru ini merebak, anggapan dokter dan ilmuwan adalah penyakit akan mengganas pada manusia yang memiliki penyakit kronis.
Contohnya seperti diabetes dan riwayat tekanan darah tinggi.
Namun meski begitu, kini sudah banyak kasus penyakit Covid-19 kronis yang diderita oleh mereka yang awalnya sehat dan bugar.
Jika begitu, mengapa Covid-19 begitu ganas?
Penjelasan di artikel ini akan memudahkan Anda untuk memahaminya.
Dilansir dari South China Morning Post yang mengutip artikel ilmilah di The Lancet, ternyata virus Corona tidak langsung menyerang sistem pernapasan.
Virus Corona baru menyerang lapisan pembuluh darah di seluruh tubuh manusia.
Hal ini secara mutlak dapat sebabkan kegagalan organ secara bersamaan.
"Virus ini tidak hanya menyerang paru-paru, justru ia serang semua pembuluh darah manusia," ujar Frank Ruschitzka, penulis artikel tersebut.
Frank Ruschitzka adalah salah satu dokter dan tim peneliti dari University Hospital Zurich, Swiss.
Timnya temukan jika virus mematikan ini sebabkan lebih dari 'sekedar' pneumonia.
"Virus Corona baru ini masuk lewat lapisan sel bernama endothelium."
Endothelium adalah lapisan sel yang menjadi pelindung dari pembuluh darah manusia.
"Sehingga virus ini melemahkan sistem pertahanan tubuh dan sebabkan masalah di mikrosirkulasi tubuh."
Mikrosirkulasi adalah sirkulasi atau perederan di pembuluh darah kapiler.
Jika mikrosirkulasi telah diserang, aliran darah di berbagai bagian tubuh akan berkurang secara drastis hingga akhirnya peredaran darah terhenti.
Ini semua dijelaskan oleh Ruschitzka, pimpinan departemen kardiologi University Hospital Zurich.
"Dari semua rekam medis, pasien punya masalah di semua organ: jantung, ginjal, sistem pencernaan, semuanya," ujarnya.
Kaitan dengan Perokok dan Penderita Diabetes
Selanjutnya ia jelaskan mengapa para perokok lebih rentan terhadap Covid-19.
Perokok mengalami penipisan lapisan pembuluh darah akibat konsumsi nikotin yang berlebihan.
Hal tersebut semakin memudahkan virus Corona merusak lapisan pembuluh darah dan menghentikan sirkulasi darah.
Juga, ia menyebutkan pada orang-orang dengan kondisi pembuluh darah tidak sehat akan lebih rentan dengan virus Corona.
Menjadi masuk akal mengapa orang dengan diabetes yang kadar gula di darah cukup tinggi lebih rentan mengalami Covid-19 tingkat kronis.
Demikian pula dengan orang dengan tingkat kolesterol yang tinggi, yang lemaknya menempel di pembuluh darah dan bisa mengakibatkan stroke.
Obesitas juga termasuk dalam golongan kondisi pembuluh darah tidak sehat.
Temuan Berdasarkan Banyaknya Sars-CoV-2 di Lapisan Pembuluh Darah
Artikel yang dipublikasikan pada Jumat tersebut temukan elemen virus di dalam sel endothelial.
Sel endothelial ini berada di dalam pembuluh darah.
Tidak hanya itu, juga ditemukan di sel peradangan dari pasien Covid-19.
Hasil berdasarkan analisis ketiga penyebab, tetapi Ruschitzka juga katakan otopsi pasien Covid-19 temukan hal lain yang mendukung penelitiannya.
Hal tersebut adalah lapisan pembuluh darah pasien Covid-19 dipenuhi virus.
Serta, fungsi pembuluh telah terganggu di semua organ tubuh.
Kasus yang mereka ambil salah satunya adalah pasien Covid-19 berumur 71 tahun dengan penyakit jantung koroner dan hipertensi arteri.
Ia kemudian alami kegagalan berbagai organ dan selanjutnya meninggal dunia.
Analisis posmortem dari ginjal transplantasinya tunjukkan struktur virus di sel endothelial.
Ilmuwan juga temukan sel peradangan di jantung, usus kecil dan paru-paru.
Ketiga tempat tersebut adalah lokasi ditemukan pembuluh darah kapiler paling banyak.
Kasus lain yaitu pasien 58 tahun dengan diabetes, hipertensi dan obesitas.
Ia mengalami mesenterik ischemia, atau penurunan aliran darah ke usus halus yang merusak organ secara permanen.
Ditemukan juga kondisi lympocytic endotheliitis, yang sebabkan peradangan di endothelium pada paru-paru, jantung, ginjal dan livernya.
Berdasarkan penemuan ini, ilmuwan sarankan terapi untuk menstabilkan endothelium sembari menangkis replikasi virus.
Replikasi virus dapat ditangkis dengan vaksinasi.
Namun Ruschitzka sarankan penguatan kesehatan jaringan pembuluh bisa jadi kunci pengobatan pasien Covid-19.
"Semua pasien memiliki risiko yang sama dan para lansia harusnya dirawat lebih intensif untuk menggarisbawahi kondisi kardiovaskular.
"Semakin baik mereka dirawat, semakin besar kemungkinan mereka selamat dari infeksi Covid-19.
Penguat jaringan pembuluh ia sebutkan bisa gunakan obat anti peradangan, yang bisa kuatkan endothelium.
Tidak hanya itu, inhibitor enzim pengubah angiotensin (biasa digunakan untuk tekanan darah tinggi) bisa menguatkan lapisan pembuluh darah.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini