Advertorial

Dunia Memanas, Penyakit Mewabah, dan Kematian Berlipat Ganda pada 2030 Nanti

Moh. Habib Asyhad
K. Tatik Wardayati
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com – “Hati-hatilah pada dampak negatil pemanasan global."

Peringatan ini perlu disampaikan setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, semakin hangatnya temperatur udara dapat memicu timbulnya penyakit seperti demam berdarah dengue dan malaria.

Lebih lanjut WHO melaporkan, perubahan iklim tadi telah menyebabkan lebih dari 150.000 kematian dan lima juta orang terserang penyakit setiap tahunnya.

Jumlah itu bisa berlipat ganda pada tahun 2030.

"Pemanasan global tidak melulu masalah lingkungan. Kondisi buruk ini sudah menyangkut masalah kesehatan yang sangat serius," kata Dr. Jonathan Patz, guru besar luar biasa di Institut Kajian Lingkungan Universitas Wisconsin, yang memimpin penelitian dampak pemanasan global terhadap kesehatan.

Baca juga: 75 Tahun Hilang, Mayat Pasangan Ini Akhirnya Ditemukan. Bukti Bahwa Pemanasan Global juga Punya Manfaat?

Wilayah-wilayah yang berisiko terkcna dampak perubahan iklim Hu adalah Asia, daerah pesisir Amerika Selalan yang menghadap Samudera Pasifik, serta pesisir Samudera Hindia dan sub-Sahara Afrika.

Masalah yang lebih besar juga akan dihadapi kota-kota besar. Di sinilah terjadi efek yang disebut para peneliti sebagai efek rumah kaca. Di beberapa kota temperatur menunjukkan 5 - 10"C lebih hangat daripada di daerah terpencil.

Dari penelitian terakhir terungkap, ada hubungan antara penyakit menular dan perubahan iklim. Contohnya, lim Dr. Palz menemukan adanya peningkatan kasus malaria di Pegunungan Kenya selama masa-masa perubahan panas yang ekstrem.

Begitu juga penularan malaria di Ethiopia. Dr. Patz pun sudah mengamati penyebaran virus West Nile di seluruh Amerika.

Baca juga: Bencana Akibat Pemanasan Global, dari Anthrax Zombie Hingga Serbuan Gurita ke Rumah Penduduk

Arah pergerakannya memang mengikuti pergerakan cuaca yang lebih panas dan kering. Kondisi seperti ilulah yang menjadi pilihan nyamuk culex, serangga utama pembawa virus.

WHO secara resmi menyatakan, menghangatnya temperatur dan hujan deras di Asia Selatan memperburuk penyebaran penyakit demam berdarah di kawasan itu. Bahkan inilah kondisi terburuk dalam beberapa tahun terakhir.

Penyakit yang dibawa oleh nyamuk ini sudah menginfeksi 120.000 korban di Asia Selatan tahun ini dan membunuh paling tidak 1.000 orang.

Pergantian iklim sudah dijejak sebagai sebuah ancaman utama kesehatan publik.

Baca juga: Pohon-pohon Terbesar di Dunia Kini Dikloning untuk Memerangi Pemanasan Global

Dr. Howard Frumkin, yang memimpin langsung Pusat Nasional untuk Kesehatan Lingkungan di Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit, menyatakan, pergantian iklim ini sebagai “sebuah tantangan kesehatan global yang penting".

Sedangkan Dr. Diarmid Campbell-Lendrum, peneliti di Departemen Perlindungan Lingkungan Hidup WHO, menyatakan, kemungkinan kematian akibat pemanasan global masih belum bisa dipastikan, bila menilik dampak yang telah ditimbulkan peristiwa gelombang panas besar-besaran di Eropa tahun 2003.

Apalagi penelitian baru, yang berkaitan dengan dampak perubahan iklim terhadap aktivitas badai, saat ini masih berlangsung dengan lebih intensif.

Selain perubahan iklim, emisi kendaraan bermotor clan industri yang dapat menimbulkan efek gas rumah kaca diperkirakan juga akan meningkatkan temperatur global rata-rata 14"C di akhir abad ini.

Longsor yang luar biasa, kekeringan, dan gelombang panas yang hebat pun akan semakin sering terjadi.

Jika sudah terjadi, betapa menyesalnya kita telah merusak lingkungan tempat kita tinggal. (TST/Raissa Jovita Sutopo – Intisari Januari 2006)

Baca juga: Pemanasan Global Bisa Menunda Zaman Es Hingga 100.000 Tahun

Artikel Terkait