Advertorial

Amankan Pertemuan Kim Jong Un dan Donald Trump, Ini Fakta Mengerikan dari Pasukan Gurkha, 'Mereka Terganas dari yang Terganas dan Juga Haus Darah'

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Tanggal 12 Juni 2018 merupakan hari yang bersejarah bagi dunia.

Sebab, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu untukmelakukan perundingan damai di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT).

Diketahui, lokasi KTT ini diadakan di Pulau Sentosa, Singapura.

Terpilihnya negaranya menjadi tuan rumah pertemuan bersejarah ini membuat pemerintah Singapurameminta bantuan Resimen Gurkha untuk mengamankan pertemuan.

Baca Juga: Disebut Lebih Kejam dari Kim Jong Un, Diktator Ini Siksa Tahanan Sambil Diiringi Lagu Milik Anggota The Beatles, 'Bikin Suasana Tambah Ngeri'

Perlu Anda tahu,Resimen Gurkha merupakan pasukan legendaris dari Pegunungan Nepal.

Saat pertemuan dua tahun lalu,keberadaan pasukan Gurkha sudah mulai terlihat di sejumlah titik-titik penting di Singapura.

Mereka mengenakan rompi antipeluru, menenteng senapan serbu tempur FN SCAR buatan Belgia, dan pistol di sarung kaki.

Meski begitu, sebilah pisau kukri tetap selalu mereka bawa. OrangGurkha tak pernah meninggalkan kukri.

Menurut kebiasaan, setiap kukri terhunus harus ada darah yang tumpah.

"Mereka adalah salah satu yang terbaik yang bisa ditawarkan Singapura," kata Tim Huxley, pakar International Institute for Strategic Studies (IISS) seperti dilansir ABC News.

Baca Juga: Awalnya Dianggap Kejam dan Suka Berperang Tanpa Alasan, Tapi Warga Korea Selatan Pikir Kim Jong Un Terlihat 'Lembut' Saat Momen Ini

Ya, resimen Gurkha namanya memang begitu legendaris.

Mereka dikenal sebagai yang paling berani di antara para pemberani, terganas dari yang terganas.

Lebih baik mati daripada jadi pengecut

Gurkha berasal dari wilayah pegunungan Gorkha, salah satu dari 75 distrik Nepal modern.

Nama itu jugadipakai oleh sebuah kerajaan pada abad ke-18.

Kerajaan tersebut berperang melawanInggris Namun tentara Inggris tak pernah bisa mengalahkan mereka.

Pepatah klasik berkata, "Jika dia tak bisa kamu kalahkan, rangkullah sebagai kawan."

Setelah dua tahun berperang tak kunjung menang, pada 1815 Inggris berbalik arah dengan merekrut orang Gurkha sebagai tentara yang melayani kepentingan mereka.

Sebenarnya secara fisik tak ada yang istimewa dari orang Gurkha. Postur mereka kecil dan tidak tinggi.

Meski begitu, masalah nyali, kesetiaan, dan keberanian mereka jangan pernah ditanya.

"Lebih baik mati daripada hidup sebagai pengecut," begitulah prinsip lelaki Gurkha.

Baca Juga: Ayahnya Pernah Berbohong Soal Jumlah Korban Bencana Kelaparan, Bukan Tidak Mungkin Kim Jong Un Juga Berbohong Soal Jumlah Korban Virus Corona di Korut

Ada sebuah cerita, seorang serdadu Gurkha kehabisan amunisi saat membela Inggris di Perang Dunia II.

Bukannya bersembunyi, dia justru menghunus kukri yang terselip dipinggang untuk kemudian berlari dan melompat ke tank Jerman yang melintas.

Leher serdadu Jerman di atas tank digoroknya hingga tewas.

Musuh lari terbirit-birit

Sepanjang dua abad, sudah tak terhitung pertempuran yang dialami Resimen Gurkha dalam melayani Inggris.

Dalam Perang Dunia I, pasukan ini juga ikut bertempur di medan perang Perancis, Mesopotamia, Persia, Mesir, Gallipoli, Palestina, dan Salonika.

Atas kerja keras dan prestasi mereka dalam peperangan tersebut, Gurkha berhasil mendapatkan 2 penghargaan bergengsi Victoria Crosses.

Pada Perang Dunia II, sebanyak 112.000 tentara Gurkha bersama Pasukan aliansi Commonwealth saling bahu membahu dalam perang di Suriah, Afrika Utara, Italia, Yunani bahkan sampai Malaysia dan Singapura.

Untuk hal tersebut, mereka mendapat 10 penghargaan Victoria Crosses.

Pada masa perang Malvinas, dalam suatu front pertempuran, Inggris mempropagandakan kepada pihak militer Argentina akan menyertakan 1 batalyon pasukan Gurkha-nya.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Negara Miskin, Nyatanya Kim Jong Un Punya Pesawat Jet Terbesar Dunia, Tapi Tak Sebanding dengan Air Force One Milik Trump

Mendengar hal itu tentara Argentina langsung lari terbirit-birit meninggalkan pos-pos mereka.

Meski dianggap sebagai tentara tangguh dan pemberani, dalam situasi damai, orang-orang gunung ini adalah orang yang ramah.

“Gurkha memperoleh pujian tinggi karena ketenangan, efisien dan pembawaan bersahabat bagi kedua belah dua pihak."

"Kehadiran mereka di Syprus, membantu menenangkan situasi yang sangat berbahaya,” tulis E.D Smith dalamBritain's Brigade of Gurkhas (1985).

Tidak hanya melayani Inggris

Setelah kemerdekaan India dan Nepal, pasukan Gurkha tidak hanya melayani inggris.

Sebagian bergabung ke organisasi militer India dan Nepal meski tetap ada yang terus bergabung di kesatuan Inggris.

Selain itu, Gurkha juga diperbantukan ke Singapura dan Australia.

Singapura memberdayakan orang-orang Gurkha sebagai bagian dari kepolisian Singapura sejak 1949.

Baca Juga: Abaikan 23.644 Kasus Kematian di AS, Trump Malah Puji Dirinya Sendiri, Bahkan Siap Buka Kembali Seluruh Akses di Negaranya

Namanya Gurkha Contingent, sebuah pasukan paramiliter yang mirip Brigade Mobil (Brimob) di Indonesia.

Mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew begitu takjub pada orang-orang gunung ini.

Lee takjub ketika Singapura dalam kerusuhan etnis, di mana polisi dari etnis Melayu menyerang orang-orang Tionghoa dan sebaliknya polisi etnis Tionghoa menyerang orang-orang Melayu.

“Gurkha di sisi lain, netral, selain memiliki reputasi penuh disiplin dan setia,” aku Lee dalam autobiografinya,The Singapore Story: Memoirs of Lee Kuan Yew(1998).

Di Singapura mereka diberikan tempat tersendiri untuk tinggal bersama komunitasnya, yakni di Mount Vernon Camp, jauh dari perkotaan.

Ironisnya, ada peraturan bahwa pasukan Gurkha dilarang menikah dengan wanita lokal Singapura. (Yoyok Prima)

Baca Juga: Dikenal Sebagai Negara Miskin, Nyatanya Kim Jong Un Punya Pesawat Jet Terbesar Dunia, Tapi Tak Sebanding dengan Air Force One Milik Trump

Artikel Terkait