Peter juga menjelaskan bahwa kepandaian prajurit estri bertolak belakang dengan kemampuan pasukan istana yang kurang terlatih menggunakan senapan.
Dalam bukunya, Babad Dipanagara, An Account of the Outbreak of the Java War, Peter juga mengungkapkan bahwa seragam resmi tentara perempuan sama dengan pakaian bangsawan laki-laki Jawa dalam bertempur yang disebut prajuritan.
“Pada awal Perang Jawa, beberapa jasad pasukan mantan
prajuritan estri yang bergabung dengan Diponegoro ditemukan di medan perang dalam pakaian lengkap prajuritan,” tulis Carey.
Selama Perang Jawa, beberapa nama panglima perempuan kerap disebut, di antaranya Raden Ayu Yudokusumo yang dikenal garang kepada para cukong pajak, juga Nyi Ageng Serang seorang nyai yang langsung mengangkat senjata ketika Perang Jawa dan dihormati Pangeran Diponegoro.
Artikel ini telah tayang di Nationalgeographic.grid.id dengan judul Prajurit Estri, Perempuan Perkasa yang Ditakuti Pemerintah Kolonial
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR