Baca juga: Rela Berutang Besar untuk Beli Peti Mati yang Unik, Demi Selamatkan si Mati Menuju Dunia Lain
Hal ini menjadi sulit di beberapa daerah di China yang masih menjalani tradisi ritual pemakaman.
Salah satunya adalah dengan mempersiapkan sendiri peti matinya selama beberapa tahun sebelumnya.
“Peti matiku dibuat pada 27 tahun lalu. Awalnya aku menentang, tetapi anak-anak meyakinkanku bahwa kremasi lebih baik,” cerita seorang manula dengan nama kecil Gong.
Dilansir dari situs Medium, penghancurkan peti mati ini adalah bagian dari rencana besar nasional.
Tujuannya, untuk mempromosikan kremasi, melindungi tanah, dan mengurangi sampah serta pengeluaran berlebihan pada pemakaman di China.
Pemerintah Jiangxi menjelaskan dalam temu media awal bulan lalu dalam mempromosikan prakarsa ‘pemakaman hijau’.
Gerakan pembaharuan ini memberikan ‘insentif dasar’, yaitu menawarkan bebas pelayanan kremasi dan memberi ganti kepada mereka yang sudah terlanjur punya peti mati.
Intinya, pemerintah Jiangxi membidik ‘Tiga 100%’. Tiga hal itu adalah 100% menarik peti mati, 100% tingkat kremasi, dan 100% menguburkan sisa-sisa jenazah di pemakaman umum.
Kebijakan ini muncul karena budaya pemakaman dan berbiaya mahal di China.
Pasalnya, banyak warga yang percaya kualitas pemakaman mencerminkan status dalam hidup mendiang dan kesejahteraanya di kehidupan setelah kematiannya.
Pembaharuan cara pemakaman dan mendorong kuota kremasi ini beberapa tahun lalu memicu sejumlah hal yang mengerikan.
Pada 2014 seorang manula di Provinsi Anhui bunuh diri untuk menghindari batas waktu kebijakan kremasi.
Sementara kepolisian di Provinsi Guangdong membeli mayat dari perampok kuburan dan membakarnya untuk memenuhi quota kremasi.
Baca juga: Bisa Timbulkan Ledakan, Inilah yang Terjadi Saat Tubuh Dikremasi!
Source | : | shanghaiist |
Penulis | : | Khena Saptawaty |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR