Advertorial
Intisari-online.com - Beberapa negara di dunia dengan dampak virus corona tinggi tampaknya kewalahan untuk menanganinya.
Misalnya Italia, negara dengan korban terbanyak virus corona di dunia ini mengaku kewalahan untuk mengurus jenazah korban virus corona.
Karena terlalu banyak, mereka tak sanggup melakukan kremasi dalam satu kota hingga mayat-mayat itu terpaksa dilempar ke kota lain dengan bantuan kendaraan militer.
Itu adalah permasalahan di Italia, lain lagi dengan Indonesia.
Negara yang memiliki jumlah kematian tak sebanyak Italia maupun China juga kewalahan dalam masalah memakamkan jenazah korban virus corona.
Di Indonesia banyak jenazah ditolak warga setempat untuk dimakamkan.
Selain Italian maupun Indonesia, negara yang tidak masuk dalam daftar negara tertinggi virus corona ini pun juga kewalahan dalam masalah pemakaman.
Negara tersebut adalah Ekuador, negara ini menghadapi masalah yang berbeda lagi.
Pejabat setempat keteteran untuk memakamankanya, akhirnya beberapa keluarga terpaksa tinggal dengan mayat hingga membusuk.
Melansir Daily Mirror Jumat (3/4/20), di kota Guayaquil, Ekuador, jenazah terpaksa dibakar sendiri oleh keluarganya di jalanan karena lonjakan kematian terlalu besar di negara itu.
Misalnya keluarga dari Gabriella Orellana ini, mereka hancur setelah pejabat setempat tidak bisa menyedikan peti mati dan pemakaman dengan cepat.
Hasilnya, mereka tinggal bersama mayatnya hingga membusuk.
Dalam sebuah tayangan video yang viral, Gabiella Orellana datang ke rumah sakit untuk mengambil mayat suaminya.
Kemudian, keluarga itu diberi tahu sementara mereka harus tinggal bersama dengan mayat itu selama beberapa hari.
Mendengar jawaban itu, Gebriella menangis sambil memohon.
"Jangan biarkan dia berbaring di sini," ia memohon dalam rekaman ketika anak-anaknya terlihat berbaring di lantai belakangnya.
Lusinan keluarga di Ekuador mengalami nasib yang sama dan kewalahan untuk menjaga tubuh kerabat mereka yang meninggal akibat Covid-19.
Beberapa sangat putus asa sehingga mereka membakar mayatnya sendiri di jalanan atau membungkusnya dengan plasatik lalu membuangnya di trotoar.
Kamar mayat di rumah sakit Guayaquil memperlihatkan penuh dengan mayat-mayat.
Sementara mereka yang putus asa akan mengambilnya dan membakarnya di jalanan.
Satu keluarga memutuskan untuk membakarnya sendiri, karena pihak berwenang mengatakan mereka baru bisa mengurusnya beberapa hari lagi.
Mereka yang tidak punya pilihan selain membakarnya sendiri akan membuang mayat di tempat sampah.
Hingga saat ini Ekuador melaporkan 3.163 infeksi dan 120 kematian pada hari Kamis (2/4/20), tetapi jumlah korbannya bisa jauh lebih tinggi.
Negara itu sedang berupaya membangun kamp khusus untuk korban virus corona di Guayaquil di mana ada 80 orang tewas.
Satu unit tentara dan polisi bertugas untuk mengumpulkan korban virus corona sebanyak 150 mayat dalam sehari. Namun naik 30 beberapa hari yang lalu.
Pekan lalu pihak berwenang mengatakan mereka telah memindahkan 100 mayat dari rumah-rumah ke pelabuhan.