Advertorial
Intisari-online.com - Keberhasilan China dalam menekan angka virus corona memang layak untuk diapresiasi.
Meski demikian, beberapa hal juga perlu dikritik, karena China dinilai lamban dalam memberikan respon pada wabah ini.
Alhasil wabah ini justru meluas di negaranya, hingga pada akhirnya juga menjadi masalah global.
Namun itu bukan satu-satunya permasalahan yang kita hadapai saat ini, pasalnya China saat ini juga dihadapkan pada tuduhan-tuduhan kebohongan yang menutupi kasus virus corona.
Melansir dari DailyStar pada Jumat (3/4/20), Organisasi Kesehatan Dunia, juga menuai kritik karena memuji cara China menangani pandemi.
Karena Organisai Kesehatan Dunia (WHO) hingga saat ini belum mempertanyakan statistik Covid-19 yang dilaporkan sendiri oleh pemerintah China.
Komisi Kesehatan Nasional di negara itu menyebutkan jumlah kasus Covid-19 telah menurun.
Namun, klaim itu diragukan oleh negara-negara lain.
Ada bukti nyata bahwa China telah melakukan kebohongan besar tentang virus corona yang kini sedang mewabah di seluruh dunia itu.
China dianggap menutupi wabah virus corona sejak di mulai dari Wuhan, pada akhir tahun lalu ketika dokter dan wartawan dibungkam ketika membicarakan penyakit itu.
Namun, justru WHO memuji China dengan menyebut transparansi negara itu dalam menangani sebuah wabah pada Januari.
"Kami menghargai keseriusan China dalam menghadapi wabah ini," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Pada Bulan Februari, Tedros mengkritik negara Barat seperti AS, Australia karena menolak wisatawan Tiongkok.
Mereka dianggap menghasut ketakutan dan menanamkan stigma buruk pada orang-orang dari negeri panda.
Pada saat itu WHO belum mengklasifikasikan Covid-19 sebagai pandemi, untuk waktu yang lama bahkan saat ia menyalip pandemi sebelum seperti SARS dalam waktu singkat.
Akhirnya WHO mengumumkannya sebagai pandemi pada 11 Maret, setelah menyebar ke 114 negara dan menewaskan lebih dari 4.000 jiwa.
Petisi menyerukan bahwa Tedros harus mengundurkan diri sekarang dan bahkan sudah ditandatangai oleh 700.000 orang.
Dr Mike Ryan, Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, ditanya tetang jumlah kasus China pada konferensi hari Rabu (1/4).
Dia mengatakan, ada banjir publikasi berbasis bukti yang fantastis yang keluar setiap hari dari semua negara termasuk China.
"Saya pikir kita pelu berhati-hati untuk tidak membuat profil bagian dunia tertentu sebagai bagian kooperatif atau tidak transparan," paparnya.
"Apakah kita akan menyebut kurangnya informasi yang tepat dari Italia dan kurangnya transparansi, atau sistem kesehatanya yang kewalahan dengan ribuan pasien setiap harinya," katanya.
"Kami bekerja dengan banyak negara hingga saat ini dan kami memastikan mendapatkan data terbaik yang mungkin dari mereka," katanya.
Orang-orang terlalu yakin pada masalah bahwa China sudah melaporkan kasusnya secara akurat, ujar Dr Ryan.
Namun sejumlah orang mengkirit WHO karena dianggap menerima klaim China.
Kolumnis Washington Post Tiana Lowe, mengatakan,"sangat sedikit alasan untuk mendengarkan Organisasi Kesehatan Dunia lagi."
Senator Republik Rick Scott mengklaim WHO telah gagal menghentikan virus corona dan menyerukan sidang karena ada kasus yang ditutup-tutupi.
"Kami tahu, China berbohong tentang berapa banyak kasus dan kematian yang mereka miliki, tetapi WHO tidak pernah menyelidikinya," katanya.
Sementara itu, permusuhan AS dan China telah mengubah gelombang Covid-19 untuk tindakan rasis yang dilakukan oleh Presiden Donald Trump.