Tetapi menurut Andersen dan rekan-rekannya, strain baru atau SARS-Cov-2, memiliki mutasi pada gennya yang dikenal sebagai situs pembelahan polibas yang tidak terlihat dalam virus corona yang ditemukan pada kelelawar atau trenggiling.
Mutasi ini, menurut penelitian terpisah oleh para peneliti dari China, Prancis dan AS, dapat menghasilkan struktur unik dalam protein virus untuk berinteraksi dengan furin, enzim yang didistribusikan secara luas dalam tubuh manusia.
Hal ini kemudian dapat memicu perpaduan dari selubung virus dan membran sel manusia ketika mereka bersentuhan satu sama lain.
Beberapa virus manusia termasuk HIV dan Ebola memiliki situs pembelahan mirip furin, yang membuat mereka bisa menular.
Baca Juga: 'Cairan Disinfektan Hanya Untuk Benda Mati, Tak Bisa Lindungi Manusia'
Ada kemungkinan bahwa mutasi terjadi secara alami pada virus yang ada di hewan inang.
Sars dan Mers misalnya, diyakini merupakan keturunan langsung dari spesies yang ditemukan pada musang dan unta yang memiliki 99% kesamaan genetik.
"Ada kemungkinan bahwa leluhur dari SARS-CoV-2 melompat ke manusia, memperoleh fitur genom yang dijelaskan di atas melalui adaptasi selama transmisi manusia-ke-manusia yang tidak terdeteksi," kata kata para peneliti di laporan tersebut.
"Setelah diperoleh, adaptasi ini akan memungkinkan pandemi lepas landas dan menghasilkan sekelompok kasus yang cukup besar untuk memicu sistem pengawasan yang mendeteksi hal itu," lanjut para peneliti.
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Studi: Virus corona kemungkinan sudah menyebar pada manusia selama beberapa dekade
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR