Advertorial

Bertambah Ratusan Pasien Hanya Dalam 3 Hari, Kini Total Kasus DBD di Jawa Timur Capai 2.016 dan 20 Meninggal, Konsumsi Makanan yang Kaya Akan Nutrisi Ini sebagai Pencegahan

Khaerunisa

Editor

 Bukan hanya covid-19 saja yang harus diwaspadai oleh masyarakat Indonesia saat ini. Penyakit lainnya pun tengah mengkhawatirkan, yaitu DBD
Bukan hanya covid-19 saja yang harus diwaspadai oleh masyarakat Indonesia saat ini. Penyakit lainnya pun tengah mengkhawatirkan, yaitu DBD

Intisari-Online.com - Bukan hanya covid-19 saja yang harus diwaspadai oleh masyarakat Indonesia saat ini.

Penyakit lainnya pun tengah mengkhawatirkan, pasalnya sudah banyak korban jiwa, yaitu penyakit Demam Berdarah (DBD).

Demam Berdarah telah memakan puluhan korban jiwa di Nusa Tenggara Timur (NTT), sementara puluhan ribu orang lainnya harus berjuang melawan penyakit ini.

Selain di NTT, Jawa Timur juga menjadi salah satu daerah dengan banyak kasus Demam Berdarah.

Baca Juga: Waspada! Bulan Maret Disebut sebagai Puncak DBD, Kemenkes Beri Peringatan untuk Para Orangtua Tentang Kasus Kematian Anak

Dinas Kesehatan Jawa Timur mencatat, dari awal Januari hingga 13 Maret 2020, sebanyak 20 pasien meninggal dunia akibat kasus Demam Berdarah Dengue ( DBD) di Jatim.

"Per hari ini tercatat ada 2.016 kasus DBD dengan 20 orang meninggal dunia," ujar Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur dr Herlin Ferliana di Surabaya, mengutip dari Antara, Jumat (13/3/2020).

Angka tersebut naik dari sebelumnya pada 10 Maret yakni 1.766 kasus dengan 15 berujung kematian.

Kasus DBD di Jatim terbanyak di Kabupaten Trenggalek, disusul Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi, kemudian daerah lain merata.

Baca Juga: Su-35 dari Rusia Terancam Batal Dibeli, Amerika Serikat Harus Tawarkan Jet Tempur Mematikan Sebagai Gantinya untuk Diakuisisi Indonesia

Herlin mengatakan, Pemprov Jatim belum berencana menetapkan status kejadian luar biasa (KLB), meski jumlah korban meninggal karena DBD mencapai 20 orang.

Ini karena angkanya masih di bawah tahun lalu.

"Jadi, definisi KLB apabila kasus meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Sebelumnya ada 10.000 kasus. Saat ini sudah 2.000, jadi belum bisa dikatakan KLB," ucapnya.

Pada 2019, total 18.393 kasus DBD, di mana 185 orang meninggal.

Baca Juga: Beginilah Perbedaan Menggunakan Hand Sanitizer dan Menggunakan Sabun Untuk Mencuci Tangan, Lebih Efektif Mana Untuk Mencegah Virus Corona?

"KLB bisa dilihat dari kasus kematian. Kalau tahun lalu pada bulan ini sudah seratusan. Jadi, tahun ini meski tinggi belum bisa dikatakan KLB," katanya.

Dinkes Jatim terus melakukan berbagai upaya menekan kasus DBD.

Salah satunya, pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik).

Dinkes Jatim juga sudah menyiapkan petugas, sarana dan prasarana, serta fasilitas pelayanan kesehatan di semua wilayah di Jatim.

Baca Juga: Masih Pengantin Baru, Pelantun Lagu 'Keong Racun' dan Suaminya Ini Harus Berjuang Bersama Melawan Penyakit Serius, Kebiasaan Buruk di Masa Lalu Disebut Jadi 'Biang Keladi' Penyakitnya

"Kami juga berharap peran aktif masyarakat untuk melakukan antisipasi DBD," katanya.

Masyarakat bisa menggunakan obat pembasmi nyamuk, mengusap lotion antinyamuk, membakar obat nyamuk atau menabur bubuk abate di wadah yang menjadi tempat nyamuk berkembang biak.

"Kami imbau masyarakat lebih peduli pada lingkungan dengan membersihkan tempat-tempat kotor dan kumuh, menggalakkan program menguras, mengubur, dan menutup (3M) wadah yang berpotensi jadi sarang nyamuk," tuturnya.

Baca Juga: Beginilah Perbedaan Menggunakan Hand Sanitizer dan Menggunakan Sabun Untuk Mencuci Tangan, Lebih Efektif Mana Untuk Mencegah Virus Corona?

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Bertambah, 2.016 Kasus DBD di Jatim, 20 Meninggal

Mencegah Demam Berdarah dengan Konsumsi Makanan Kaya Zat Besi

Menurut sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan di Universitas Tsinghua dan Laboratorium Kunci Negara Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular di Beijing, mengonsumsi makanan kaya zat besi dapat membantu melawan kekurangan zat besi, anemia atau demam berdarah.

Karena nyamuk kebanyakan menyebarkan virus dengue sambil memakan darah yang kekurangan zat besi, para peneliti menyarankan untuk mengonsumsi makanan kaya zat besi jika berhadapan dengan kekurangan zat besi, anemia atau demam berdarah.

Demam berdarah paling sering didapat di lingkungan perkotaan, dan perluasan kota di daerah tropis disertai dengan perluasan infeksi dengue.

Ahli imunologi Kesehatan UConn, Penghua Wang ingin melihat apakah kualitas darah berdampak pada penyebaran virus dengue.

Baca Juga: Jualan Gorengan di Gerobak Ditinggal Ibadah, Pencuri Datang Mengambil Uang 45 Ribu, Padahal Untung Mbah Hawati Cuma Rp 200

Kadar berbagai zat dalam darah dapat sangat bervariasi dari orang ke orang, bahkan di antara orang sehat.

Wang dan rekan-rekannya di Universitas Tsinghua dan Laboratorium Kunci Negara untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular di Beijing, Institut Teknologi Ladkrabang King Mongkut di Bangkok, dan Pasukan Dukungan Logistik Bersama Rumah Sakit 920 di Kunming menjalankan serangkaian percobaan untuk mengeksplorasi ide tersebut.

Mereka mengumpulkan darah segar dari sukarelawan manusia yang sehat, kemudian menambahkan virus dengue ke setiap sampel.

Kemudian mereka memberi makan darah ke nyamuk dan memeriksa berapa banyak nyamuk yang terinfeksi dari setiap kelompok.

Baca Juga: Begini Saat Ratna Sari Dewi, Istri Kelima Bung Karno Kini Jadi YouTuber, Sebut Bahwa Minuman yang Tengah Tren Ini Sebenarnya Sudah Dikenal Indonesia Berpuluh Tahun Lalu

Mereka merasa sangat bervariasi. Dan variasi berkorelasi sangat erat dengan tingkat zat besi dalam darah, melaporkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal, 'Nature Microbiology'.

"Semakin banyak zat besi dalam darah, semakin sedikit nyamuk yang terinfeksi," kata Wang, seperti dilansir dari thehealthsite.

Tim menemukan itu juga berlaku dalam model tikus, juga: nyamuk yang memakan tikus yang terinfeksi dengue jauh lebih mungkin tertular virus jika tikus itu anemia.

Alasannya berkaitan dengan sistem kekebalan nyamuk itu sendiri. Sel-sel dalam usus nyamuk mengambil zat besi dalam darah dan menggunakannya untuk menghasilkan oksigen reaktif.

Baca Juga: Upaya Indonesia Dinilai Masih Kurang Maksimal, Begini 8 Rekomendasi WHO untuk Pemerintah Indonesia Hadapi Covid-19, Salah Satunya Liburkan Sekolah

Oksigen reaktif membunuh virus dengue.

“Di daerah di mana demam berdarah endemik, kekurangan zat besi lebih sering terjadi. Itu tidak harus menjelaskannya, tingginya prevalensi demam berdarah ... tetapi mungkin saja suplementasi zat besi dapat mengurangi penularan demam berdarah ke nyamuk di daerah itu,” kata Wang. Tapi ada peringatan besar.

Bagaimanapun, kata Wang, memahami bagaimana demam berdarah ditularkan akan membantu otoritas kesehatan masyarakat dan para ilmuwan mengembangkan cara-cara baru untuk mengendalikan penyakit ini, dan semoga virus yang serupa seperti virus Zika. (Intisari-Online/K. Tatik Wardayati)

Baca Juga: Jennifer Dunn Jadi Saksi Kasus Korupsi Suami Wali Kota Tangerang Selatan, Bahas Soal Liburan Bareng ke Bali dan Australia, Wawan Minta Artis-artis Tak Dihadirkan Lagi

Artikel Terkait