Advertorial

Karena Kekurangan Pasokan Medis, Para Dokter Harus Memilih Pasien Corona Mana yang Akan Diselamatkan Layaknya dalam Situasi Perang: 'Kami Tidak Ingin Mendiskriminasi'

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Karena jumlah pasien coronavirus terus meningkat di Italia, dengan sebagian besar dari mereka di wilayah Lombardy utara, ahli anestesi dan dokter dipaksa harus memilih.

Ini merupakan pilihan yang sulit mengenai pasien mana yang harus dirawat terlebih dahulu.

Dilansir dari Business Insider, Selasa (10/3/2020), saat ini, dokter memprioritaskan kaum muda dan sehat.

Hal itu lantaran mereka memiliki peluang yang lebih besar untuk hidup.

Baca Juga: Kim Jong Un 'Melarikan Diri dari Ibukota Korea Utara untuk Menghindari Virus Corona,' Kabarnya 3.700 Tentara Tengah Dikarantina

“Kami tidak ingin mendiskriminasi,” Luigi Riccioni, seorang ahli anestesi yang juga ketua komite etika Siiarti, mengatakan kepada Politico.

"Kami menyadari bahwa tubuh pasien yang sangat rapuh tidak dapat mentolerir perawatan tertentu dibandingkan dengan orang yang sehat."

Riccioni menyusun pedoman rumah sakit baru untuk memprioritaskan perawatan pasien coronavirus.

Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte lakukan lockdown di wilayah Italia sejak Selasa dan seterusnya setelah infeksi melonjak melebihi 9.100 orang pada hari Senin.

Baca Juga: Seekor Babi Terlahir dengan 'Wajah dan Rambut Manusia' Terekam Menggeliat-geliat di Lengan Seorang Petani, Terjadi Karena Penggunaan 'Obat' Ini yang Berlebihan?

60 juta warga negara Italia sekarang menghadapi pembatasan pada semua aspek kehidupan, termasuk ritel, rekreasi, ibadah, dan perjalanan.

Di rumah sakit, pekerja berusaha keras untuk memenuhi permintaan, dan menambah jumlah tempat tidur yang tersedia di unit perawatan intensif.

Baca Juga: Tak Tersentuh Corona, 7 Desa Tersembunyi Ini Benar-benar Luar Biasa, Termasuk yang Berada di Tengah Kawah Gunung Berapi

Dokter, yang beberapa di antaranya mengambil giliran kerja ekstra karena koleganya yang jatuh sakit, berada di bawah tekanan tinggi.

Dalam sebuah wawancara di harian Italia Corriere della Sera pada hari Senin, ahli anestesi Christian Salaroli membandingkan situasi di rumah sakit dengan masa perang.

“Kami memutuskan berdasarkan usia, dan kondisi kesehatan. Sama seperti semua situasi perang," katanya kepada surat kabar itu.

"Bukan aku yang memutuskan tetapi buku manual yang kami pelajari."

Baca Juga: Beda Cara China dan AS dalam Perangi Corona, China Tak Butuh Waktu Lama dalam Kendalikan Wabah, Sementara AS Tak Siap Hadapi Wabah

Salaroli melanjutkan dengan mengatakan bahwa jika seorang pasien datang ke rumah sakit dengan gagal pernafasan yang parah, kemungkinan dokter "tidak akan melanjutkan" perawatan.

Update Virus Corona di Belahan Dunia: 131.627 Kasus, 4.940 Meninggal, 68.529 Sembuh

Jumlah kasus virus corona secara global masih terus bertambah.

Baca Juga: Bau Amis Tercium, di Kota Ini Orang-orang Panik Mendadak Banjir Darah Menyapu Jalanan, Setelah Ditelusuri Ternyata Dari Sinilah Asal Genangan Darah Tersebut

Sampai dengan hari ini, Jumat (13/03/2020) pagi total ada 131.627 kasus terkonfirmasi di seluruh dunia.

Adapun jumlah kematian ada sebanyak 4.940 dan total mereka yang sembuh adalah sebanyak 68.529.

Untuk 5 besar kasus virus corona terjadi di:

1. China dengan 80.793 kasus dengan jumlah kematian 3.169

2. Italia dengan 15.113 kasus dengan jumlah kematian 1.016

3. Iran dengan 10.075 kasus, jumlah kematian 429

4. Korea Selatan dengan 7.979 kasus, jumlah kematian 67

5. Spanyol dengan 2.965 kasus, jumlah kematian 84.

Baca Juga: Peneliti Terkejut Ketika Bongkar Jenazah Korban Virus Corona, Mereka Temukan Organ Dalamnya Kondisinya Mengerikan, Ternyata Bagian Ini 'Rusak' Setelah Terserang Virus Corona

Artikel Terkait