Advertorial

Lagi-lagi China Disebut Biang Keladinya, Muncul Penyakit Misterius di Afrika, Pasien Alami Telapak Tangan dan Mata Menguning, Pendarahan Lalu Mati, Sudah Ada 2.000 Orang Mati

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Intisari-online.com - Saat ini dunia sedang gencar dengan pemberitaan tentang virus corona, karena wabah ini telah menyebar hinggga seluruh dunia.

Namun, tahukah Anda ada beberapa penyakit misterius lain yang hingga saat ini nyaris tak terendus oleh dunia, padahal gejalanya lebih mengerikan dari virus corona.

Menurut The Guardian, sebuah penyakit misterius muncul di Afrika tepatnya di Ethiopia di mana penduduknya meninggal setelah menderita gejala parah.

Menurut keterangan, mereka yang terinfeksi akan menunjukkan gejala mata dan telapak tangan menguning, sebelum mereka mulai berdarah dari hidung dan mulut.

Baca Juga: Korea Utara Minta Bantuan 1.500 Alat Tes Virus Corona ke Rusia, Virus Corona Bisa 'Jauh Lebih Mematikan' Jika Merebak di Korea Utara Daripada China

Tubuh mereka kemudian mulai bengkak, hingga alami demam.

Mereka yang sudah dalam kondisi ini, akan mengalami kurang nafsu makan, dan sulit tidur hingga berakhir meningggal dunia.

Sayangnya informasi tentang penyakit ini sedikit diketahui dan disorot dunia, namun belakangan kabar beredar menyebut China adalah penyebab munculnya penyakit ini.

Lantas bagaimana bisa penyakit yang berada di Afrika disebabkan oleh China?

Baca Juga: Berubah Bak Kota Mati, Warga Wuhan Sampai Harus Makan Makanan Basi, Warga: 'Banyak Tomat, Banyak Bawang, Mereka Sudah Busuk'

Menurut beberapa penelusuran, banyak yang menyebut penyakit misterius ini muncul dari proyek gas alam China terdekat di wilayah Somalia Ethiopia.

Para pejabat di Addis Ababa membantah tuduhan krisis kesehatan di wilayah itu menskipun ada kecurigaan air disana sudah tercemar limbah kimia.

"Ada racun mengalir dalam curah hujan dari Calub (ladang gas) dan bertanggung jawab atas epidemi ini," kata salah satu korban bernama Khadar Abdi Abdullahi.

Korban berusia 23 tahun dari kota Jigjiga jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit.

Namun, dokter mengeluarkannya karena mereka mengatakan tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan untuk merawatnya. Korban akhirnya meninggal.

Penasihat pemerintah daerah Somalia mengklaim bahwa "ada penyakit baru yang belum pernah terlihat sebelumnya di daerah ini."

Baca Juga: Ini 10 Manfaat Buah Plum untuk Kecantikan, Salah Satunya untuk Membuat Kulit Wajah Tampak Lebih Muda

"Tanpa perlindungan kesehatan publik, sangat jelas bahwa POLY-GCL menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia."

Dilaporkan bahwa Petroleum Investment POLY-GCL China tahun lalu mengkonfirmasi rencana untuk membangun pipa gas alam sepanjang 767 km yang membentang dari Ethiopia ke Djibouti.

Hal itu untuk mengangkut gas Ethiopia ke terminal ekspor di negara Laut Merah.

Seorang mantan insinyur dari perusahaan China menuduh ada tumpahan cairan pengeboran termasuk asam sulfat yang secara teratur mencemari lingkungan.

Tumpahan ini menjadi racun mentah dan membuat negeri tersebut mengalami pandemi mengerikan.

Penduduk mati karena racun yang tumpah akibat kecerobohan China yang tidak terkonfirmasi dan hingga kini bahkan tidak diketahui dunia.

Baca Juga: Gejala HIV pada Pria, Salah Satunya Sakit Tenggorokan Hingga Kelelahan, Jangan Diabaikan Karena Bisa Fatal!

Menurut keterangan wabah tersebut sudah muncul sejakbeberapa tahun silam, sementara data yang tercatat koban sudah ada sejak 2014.

Xuseen Sheekh Siraad, ketua distrik Dhoobaweyn, memperkirakan setidaknya ada 2.000 kematian sejak 2014.

Sebagian besar korban adalah pengembala nomaden, atau orang yang pindah-pindah rumah, yang kontaknya dengan pemerintah Ethiopia terbatas.

Banyak yang menguburkan mayat mereka tanpa memberi tahu pejabat setempat.

Sebagian besar mereka tidak berobat, dan meninggal tanpa teridentifikasi oleh petugas medis, namun diketahui mereka memiliki gejala yang sama.

Artikel Terkait