Advertorial
Intisari-online.com -Hubungan Rusia dan Turki makin tegang setelah serangan udara di Suriah yang menewaskan sedikitnya 33 tentara Turki.
Kondisi ini mendorong Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan beralih ke sekutu tradisionalnya di Barat agar mendapat dukungan militer.
Sementara itu, Rusia membantah terlibat, dengan mengatakan bahwa pasukan Turki telah berada dalam kelompok teroris yang mendapat serangan dari pasukan pemerintah Suriah yang didukung militer Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, ketika mereka mengetahui ada korban dari tentara Turki, Rusia langsung mengambil langkah-langkah yang lengkap untuk menghentikan tembakan total dari militer Suriah.
Sejauh ini, Erdogan yang secara berhati-hati tidak menyalahkan Rusia mengatakan, pertemuan krisis selama enam jam dengan para pejabat keamanannya setelah mereka kehilangan belasan pasukan mereka dalam satu hari, merupakan kehilangan terbesar pasukan Turki dalam beberapa dasawarsa, bersumpah untuk menyerang balik pasukan pemerintah Suriah.
Sementara itu, NATO setuju melakukan pertemuan atas permintaan Turki untuk konsultasi pada hari Jumat.
Kondisi ini juga menambah tekanan pada Uni Eropa, karena Turki mengancam akan mengizinkan lebih banyak pengungsi dari Suriah melintasi perbatasannya ke benua biru tersebut.
Namun baik Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa tidak menunjukkan kencenderungan mendukung Turki secara militer di Suriah, tempat Erdogan mendukung pemberontak besar terakhir di provinsi Idlib barat laut melawan pemerintah Suriah.
Serangan di sana juga telah melukai 32 tentara Turki.
Rusia sudah memperingatkan Turki karena disebut mendukung teroris di Suriah dan telah meningkatkan operasi udara untuk mendukung pasukan Rusia yang berusaha merebut kembali Idlib.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mendesak Rusia dan Suriah pada hari Jumat, (28/2) untuk menghentikan serangan Idlib dan mengatakan aliansi militer berdiri dalam solidaritas dengan negara anggota NATO yakni Turki, yang kehilangan 33 tentara dalam serangan udara oleh pasukan pemerintah Suriah.
Pasukan Suriah, yang didukung kekuatan udara Rusia, telah melancarkan serangan untuk menguasai wilayah barat laut Idlib, wilayah terakhir yang tersisa yang dikuasai oleh pemberontak yang didukung Turki dalam konflik sembilan tahun dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad .
"Sekutu mengutuk serangan udara yang terus-menerus dan tanpa pandang bulu oleh rezim Suriah dan Rusia di Idlib," kata Stoltenberg kepada wartawan setelah pertemuan darurat duta besar NATO di Brussels, yang diminta Turki.
"Saya meminta mereka untuk menghentikan serangan mereka, untuk menghormati hukum internasional dan mendukung upaya AS untuk solusi damai," tambah Stoltenberg.
Ia juga menyerukan agar kembali ke gencatan senjata 2018 untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada Idlib.
Perang saudara Suriah telah memburuk secara dramatis dalam beberapa bulan terakhir dan setelah serangan udara Kamis, seorang pejabat senior Turki mengatakan Ankara tidak akan lagi mencegah para pengungsi yang melarikan diri dari konflik Suriah menuju Benua Eropa.
Selama ini, Uni Eropa mengandalkan Turki untuk mencegah migrasi orang-orang dari Timur Tengah menuju ke Eropa.
(Noverius Laoli)
Artikel ini merupakan artikel saduran dari Kontan.co.id dengan judul Hubungan Turki dan Rusia memanas setelah 33 tentara Turki tewas dalam seharidan Rusia dan Turki berhadap-hadapan, ini peringatan dari NATO