Advertorial
Intisari-Online.com -Korea Utara dan Korea Selatan terus berupaya mempererat hubungan melalui sektor olahraga, salah satunya lewat rencana melakukan pawai bersama saat pembukaan Asian Games di Jakarta, Agustus mendatang, lapor CNN.
Mengawali 2018 dengan kedua negara ingin berarak di Olimpiade Musim Dingin di bawah satu bendera.
Sebelumnya juga dilaporkan di asia.nikkei.com, ketika sepuluh skaters Korea Utara dan pemain ski tiba di Korea Selatan untuk ambil bagian dalam Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan.
Dunia diingatkan, sekali lagi, bahwa tidak ada yang memisahkan olahraga dari politik.
Baca Juga:Kabar Terbaru dari Model Wanita yang Tabrak Driver Ojek Online Hingga Kakinya Putus
Setelah menjadi pemimpin tertinggi pada akhir tahun 2011, Kim menyerukan untuk mengubah negara miskin menjadi 'kekuatan olahraga' utama.
Pada tahun 2012 misalnya, ia membentuk Komite Panduan Olahraga Nasional untuk mengawasi kebijakan atletik.
Dan tahun lalu, rezim ini meningkatkan anggaran kesehatan masyarakat sebesar 13% dan anggaran olahraga sebesar 6%, menurut data dari Korea Institute for National Unification di Korea Selatan.
Olahraga menawarkan Kim cara untuk menempatkan dirinya sebagai pemimpin 'yang bisa didekati' dan peduli dengan kesejahteraan rakyatnya.
Baca Juga:Ada 3 Lubang Baru di Matahari, Bisa Picu Badai Geomagnetik di Bumi
Di Pyongyang, warga biasa didorong untuk melakukan kegiatan atletik.
Ini tampak jelas: Korea Utara mendambakan gengsi, dan Olimpiade adalah panggung terbesar yang bisa diharapkan.
Atletnya telah tampil relatif baik di panggung itu.
Pada Olimpiade Musim Panas 2012 di London, delegasi kecil negara itu memenangkan enam medali, termasuk empat medali emas dalam angkat besi pria dan wanita dan judo perempuan.
Baca Juga:Sulit Dipercaya, 12 Hewan Campuran Ini Beneran Ada di Dunia Ini
Tim memenangkan tujuh medali di Olimpiade Rio 2016.
Peraih medali Korea Utara kembali ke rumah untukdisambut dengan hangat.
Tergantung pada prestasi mereka, pemerintah memberi mereka hadiah uang, mobil dan bahkan kondominium mewah, menurut seorang wartawan Korea Utara yang meliput Olimpiade London.
Mereka juga memenuhi syarat untuk menjadi anggota Partai Buruh yang berkuasa, yang mempunyai berbagai hak istimewa.
Baca Juga:Coba Cek, Apakah Data Facebookmu Dicuri Cambridge Analytica atau Tidak
Reporter itu mengatakan, peraih medali emas, khususnya, menjadi pahlawan nasional dan pemimpin masyarakat.
Tetapi para atlet yang kalah menghadapi nasib yang kejam.
Seorang mantan anggota tim judo Korea Utara, yang membelot ke Selatan pada 1990-an, pernah mengatakan bahwa kalah dari saingan Korea Selatan dalam kompetisi internasional biasanya akan berakhir dengan menajadi pekerja paksa di tambang batu bara. (Adrie P. Saputra)