Advertorial
Intisari-online.com - Saat ini mungkin petugas medis di China adalah orang yang paling sibuk di dunia akibat virus corona.
Banyak dari mereka harus secara intensif merawat pasien virus corona yang tak ada habisnya.
Di balik itu semuapara petugas medis tersebut menyimpan memiliki kisah berbeda-beda selama merawat pasien virus corona.
Ada suka duka yang telah mereka alami selama disibukkan dengan situasi darurat tersebut termasuk perawat bernaman Zhang Ni.
Petugas media dari Departemen Penyakit Menular Rumah Sakit Tongji, Kota Wuhan, Hubei, Tiongkok.
Sebagai petugas medis dia memikul tanggung jawab besar selama berada di ruang isolasi Wuhan karena penyakin dan pandemi mematikan itu.
Menurut surat kabar Hubei Daily Selasa (11/2/2020) Zhang Ni yang bekerja di Departemen infeksi rumah sakit selama 10 tahun.
Menjadi satu dari banyak perawat terbaik yang secara terus menerus merawat pasien virus corona.
Karena jumlah pasien sangat banyak dan meningkat Zhang tinggal di daerah isolasi sampai tidak bisa pulang karena terlalu sibuk.
Dia bersama dengan rekan-rekannya mengenakan pakaian pelindung hampir selama berhari-hari untuk menghindari kontaminasi silang.
Tapi semua rasa lelah itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang diderita Zhang Ni pada 18 Januari setelah 6 hari berturut-turut berada di bangsal Isolasi.
Saat dia memiliki kesempatan untuk pulang dan beristirahat justru hal mengerikan dialaminya.
Saat Zhang tiba di rumah dia mengetuk pintu namun tidak ada jawaban dari dalam rumah.
Karena khawatir, Zhang mendobrak pintu dan terkejut ketika melihat pamannya terbaring di lantai.
Dia memanggil petugas medis dan dengan cepat membawa pamannya. Namun sayangnya nyawanya tidak tertolong.
Paman Zhang meninggal karena menderita stroke.
Sejak usia 1 tahun, ayah Zhang meninggal karena kecelakaan, sementara ibunya menikah lagi, Zhang diadopsi oleh pamannya.
Meski demikian, Zhang sering menganggap pamannya seperti ayahnya sendiri, jadi ketika melihat pamannya meninggal dia sangat tertekan.
Tak hanya berhenti disitu, Zhang Ni menyalakan ponsel pamannya dan dia melihat sesuatu yang membuatnya semakin terpukul.
Pada panggilan terakhir di ponsel pamannya dia berusaha menelpon Zhang namun saat itu dia terlalu sibuk dan sulit untuk menjawab telepon, sehingga dia melewatkan panggilan tersebut.
"Mungkin dia memanggil saya untuk meminta bantuan tetapi pada saat itu, saya berada di daerah karantina sehingga saya tidak tahu apa-apa. Saya menyelamatkan banyak pasien setiap hari tetapi tidak bisa menyelamatkan orang yang paling saya cintai," kata Zhang sambil menangis.
Paman Zhang memiliki riwayat penyakit jantung, tekanan darah tinggai dan rematik, tetapi karena tidak ingin membuat Zhang cemas dia mengatakan baik-baik saja.