Advertorial
Intisari-Online.com – Seorang guru yang sudah tua mengintruksikan kepada seorang pemuda yang terlihat tidak bahagia untuk meletakkan segenggam garam dalam segelas air dan kemudian meminta pemuda itu untuk meminumnya.
“Bagaimana rasanya?” tanya guru itu.
“Mengerikan,” jawab pemuda itu.
Sang guru tertawa dan kemudian meminta pemuda itu untuk mengambil segenggam garam lagi dan memasukkannya ke danau.
Keduanya berjalan dalam keheningan menuju ke danau terdekat dan ketika pemuda itu memutar-mutar segenggam garam ke danau, guru tua itu berkata, “Sekarang minum dari danau itu.
Ketika air menetes ke dagu pemuda itu, sang guru bertanya, “Bagaimana rasanya?”
“Enak!” jawab pemuda itu.
“Apakah kau mencicipi rasa garam?” tanya sang guru.
“Tidak,” jawab pemuda itu lagi.
Sang Guru duduk di samping pemuda yang sedang bermasalah itu, meraih tangannya, dan berkata, “Rasa sakit dan penderitaan hidup adalah garam murni, tidak lebih, tidak kurang. Jumlah rasa sakit dalam hidup tetap sama, persis sama. Tetapi jumlah yang kita rasakan sebagai ‘rasa sakit’ itu tergantung pada wadah yang kita masukkan.”
Jadi, ketika kita merasakan ‘kesakitan’, satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah memperbesar indera kita.
Berhentilah menjadi gelas, tetapi jadilah sebuah danau!