Advertorial
Intisari-Online.com --Sebelum pasukan Sekutu terjun ke medan perang Eropa dan Asia-Pasifik mereka sadar bakal menghadapi kendala besar yang sangat menentukan jalannya peperangan.
Kendala itu rupanya datang bukan dari persenjataan yang digunakan dalam pertempuran melainkan dari banyaknya jembatan rusak akibat pertempuran.
Dalam perang jembatan penting untuk dilintasi kendaraan tempur seperti tank dan kendaraan angkut pasukan sehingga pergerakan pasukan tempur serta persenjataannya bisa berlangsung lancar.
Maka dari itu, pergerakan pasukan tempur dan persenjatannya bisa terhenti jika jembatan yang akan dilaluinya ternyata sudah hancur akibat disabotase oleh musuh.
Pentingnya jembatan yang bisa menentukan kemenangan perang itu awalnya tidak dipikirkan oleh suatu unit pasukan tempur tapi oleh seseorang: Donald Bailey.
Pada 1923, Balley yang merupakan insinyur lulusan Teknik Sipil Universitas Sheffield bekerja sebagai perancang jembatan-jembatan kereta api di Inggris.
Tahun 1940 Bailey bekerja untuk Departemen Perang Inggris di Christchurch dan masih berkutat dalam soal rancangan jembatan.
Ketika Perang Dunia II di daratan Eropa mulai meletus para tentara yang sedang bertempur ternyata menghadapi dilema mengingat banyaknya sungai, kanal, danau, dan jeram yang belum memiliki jembatan.
Jikapun ada jembatan, umumnya struktur bangunannya telah rusak atau tidak bisa dilintasi kendaraan kelas berat seperti tank.
Padahal medan berair yang belum memiliki jembatan itu harus dilintasi oleh pasukan dan kendaraan tempur demi meraih kemenangan perang.
Tanpa tersedianya jembatan yang kuat dan bisa dibangun dalam waktu singkat, pasukan Sekutu bisa dikatakan mustahil untuk memenangkan peperangan.
Dalam keadaan yang terdesak itu Donald Bailey ternyata menemukan ide cemerlang.
(Baca juga:Pearl Harbor: Awal Dimulainya Malapetaka di Asia-Pasifik, Termasuk Bom Atom di Jepang)
Ia berhasil merancang jembatan portable yang bisa dibawa-bawa oleh kendaraan angkut dan pemasangannya pun hanya menggunakan tangan.
Jembatan portable itu kemudian sesuai perancangnya dinamakan Jembatan Bailey.
Secara teknis jembatan Bailey merupakan jembatan rangka baja ringan berkualitas tinggi, yang mudah dipindah-pindah dan juga sangat cepat pemasangannya.
Struktur jembatan yang bersifat temporary dan portable inilah yang menjadikan Jembatan Bailey sangat dibutuhkan di medan perang.
Ketika pasukan Sekutu melancarkan serbuan besar-besaran ke Prancis (D-day) Jembatan Bailey yang dibangun untuk menggantikan sejumlah jembatan yang telah dirusak oleh pasukan Nazi, terbukti menentukan jalannya peperangan.
Tank-tank dan pasukan Sekutu terus mendesak maju hingga memasuki wilayah Jerman dan akhirnya membuat pasukan Nazi menyerah.
Pasca PD II Jembatan Bailey terus dibangun untuk kepentingan masyarakat sipil khususnya di wilayah-wilayah pelosok termasuk di Indonesia.
(Baca juga:Bukan Orang Eropa Atau Amerika, Orang Terkaya Dalam Sejarah adalah Orang Afrika, Mansa Musa Namanya)