(Baca juga: Pemulung Itu Ternyata Seorang Veteran Operasi Seroja yang Dulu Bertugas di Timor Timur)
Tapi sebagai helikopter sipil, Bolkow tidak memiliki senjata baik untuk menyerang lawan maupun untuk membela diri.
Untuk ‘mempersenjatai’ helikopter, Kapten Solang melakukan improvisasi dengan cara membawa beberapa granat tangan jenis manggis (M26).
Agar bisa dilempar dengan aman granat dimasukkan ke dalam gelas dan pennya dicabut.
Jika gelas itu pecah setelah dijatuhkan dari helikopter, maka pengungkit akan terbuka dan granat akan meledak dalam waktu 3,5 detik.
Cara menjatuhkan granat semacam itu sebenarnya telah dilakukan oleh pasukan AS dalam Perang Vietnam dan rupanya menginspirasi Kapten Solang.
Ketika penerbangan helikopter sudah sampai di atas Batu Gede, Kapten Tonny kemudian melaksanakan manuver terbang rendah sambil memiringkan heli ke kiri.
Dalam posisi manuver terbang miring itu, Kapten Solang kemudian bisa leluasa melemparkan sejumlah granat ke posisi Fretilin hingga tiga kali putaran.
(Baca juga: Narsis atau Totalitas? Pria Ini Rela Menyewa Helikopter Hanya Untuk Membuat Wanita Terkesan)
Mendapatkan serangan granat yang tak terduga itu, pasukan Fretilin hanya bisa lari menghindar dan tidak bisa memberikan perlawanan.
Situasi chaos itu dimanfaatkan oleh Kapten Tonny untuk mendaratkan heli di dalam benteng Batu Gede dari arah laut.
Xavier bersama istri serta putrinya yang baru berusia setahun tiga bulan pun berhasil dievakuasi dan diterbangkan menuju Motaain.
Keesokan harinya benteng Batu Gede ternyata jatuh ke tangan Fretilin dan perlu perjuangan keras bagi pasukan ABRI untuk bisa merebutnya lagi.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR