Rentetan tembakan senapan mesin, artileri dan lainnya yang menggelegar secara serentak menjadi menu pembuka.
Selama Hell Week siswa dibuat sangat lelah. Jam tidur hanya empat jam sehari. Selebihnya materi berat yang diberikan para instruktur.
Meski demikian, para instruktur SEAL mengatakan, sejatinya 90% materi yang diberikan dalam Hell Week merupakan tekanan mental. Sementara 10% sisanya materi fisik.
Sebelum dibangunkan menggunakan tembakan, para siswa baru saja terlelap setengah jam.
Kurikulum latihan sebelum Hell Week dibuat sehingga mereka mengantuk menjelang pendidikan.
Setelah itu selama dua hari para siswa digembleng terus menerus melaksanakan beragam materi mulai dari berguling-guling di lumpur, berenang, push up, lari, dan lainnya.
(Baca juga: Kopassus Pernah Bikin Gempar Dunia, Kalahkan dan Tawan Pasukan Elite SAS Inggris di Kalimantan)
Teriakan instruktur dan suara tembakan terus menyertai membuat suasana Hell Week benar-benar terasa.
Bagi semua siswa, Hell Week menyebabkan ketidakstabilan, disorientasi, bahkan halusinasi.
Tidak jarang para siswa mengigau seolah-olah berenang atau berlari terus tanpa henti.
Hell Week menggiring emosi dan pikiran seseorang pada limitasi maksimal.
Sehingga, dari sini pula siswa US Navy SEAL diseleksi secara alamiah, mana yang lulus dan mana yang akhirnya menyerah atau tidak kuat mengikuti pendidikan.
Untuk bisa jadi personel pasukan khusus, memang harus lolos dari minggu neraka.
Pasalnya penggemblengan yang kerashingga di luar batas kemampuan manusia normal sudah jadi menu sehari-hari.
(Baca juga: Kopassus Pernah Bikin Gempar Dunia, Kalahkan dan Tawan Pasukan Elite SAS Inggris di Kalimantan)
(Baca juga: Dari Bertukar Istri Hingga Membunuh Anak, Inilah 10 Hal Mengerikan Dalam Kehidupan Seksual Orang Eskimo)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR