Selain itu Meza juga didukung oleh tentara bayaran Eropa. Tentara bayaran ini direkrut oleh Klaus Barbie, mantan jagal NAZI dari Lyons.
Kudeta Meza mengawali periode tergila dalam sejarah Bolivia. Penculikan secara acak oleh unit militer, penyiksaan, dan penghilangan orang merupakan hal biasa.Aksi kudeta ini juga dibantu oleh penasihat dari Argentina.
Pemerintah yang terlibat dalam perdagangan kokain mengakibatkan Bolivia diisolasi oleh dunia internasional.
Ekspor kokain dilaporkan total sebesar 850 dollar AS selama periode 1980-1981 rejim Meza.
Besaran ini dua kali nilai ekspor resmi pemerintah.’Dollar kokain’ digunakan untuk membeli dukungan pejabat militer.
Namun Meza yang gagal meraih dukungan militer, harus berkali-kali menghadapi upaya kudeta. Akhirnya ia didesak untuk mengundurkan diri pada 4 Agustus 1981.
Kekejian, korupsi luar biasa, dan internasional isolasi terhadap pemerintahan Meza betul-betul meruntuhkan moral dan mendiskreditkan militer.
Banyak pejabat yang ingin kembali ke demokrasi. Namun President Jenderal Celso Torrelio Villa (1981-1982), tak antusias untuk mengadakan pemilihan.
Torrelio muncul sebagai kandidat militer hasil kompromi setelah pengunduran diri Meza, Juli 1982, setelah sekali lagi Meza melakukan upaya kudeta untuk meraih kembali kekuasaan.
Torrelio digantikan oleh Jenderal Guido Vildoso Calderon (1982). Ia ditunjuk oleh pimpinan tertinggi untuk mengembalikan Bolivia ke Demokrasi.
Pada 17 September 1982, selama pemogokan umum hingga hampir terjadi perang sipil di Bolivia, militer memutuskan untuk lengser, mengumpulkan kongres dan menerima presiden yang dipilih.
Setelah 25 tahun lepas jabatan sebagai presiden, Oktober 1982, Hernan Siles Zuazo terpilih kembali menjadi presiden.
Tekanan sosial yang sudah parah, diperparah oleh kesalahan manajemen perekonomian dan lemahnya kepemimpinan.
Alhasil, Zuazo melakukan pemilihan lebih awal dan menanggalkan jabatan setahun sebelum masa jabatannya berakhir.
Rejim keji di Bolivia bolehlah dibilang berakhir dengan jatuhnya Jenderal narkoba Garcia Meza pada tahun 1981.
Meskipun diikuti pemulihan kembali kekuasaan sipil pada tahun 1982, Bolivia masih harus menghadapi tantangan berikutnya.
Bentuk demokrasi yang lain berkembang saat neo-liberalisme melanda negara tersebut.
Selama 30 tahun berikutnya warga Bolivia harus merasakan akibatnya dengan aksi kudeta militer yang terus saja terjadi.
(Baca juga: Terkenal Sebagai Pasukan Khusus Kelas Dunia, Navy SEAL Ternyata Babak Belur Oleh Viet Cong)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR