Advertorial
Intisari-Online.com – Air bersih adalah kebutuhan semua orang. Sayangnya, tidak semua orang bisa mendapatkan air bersih di rumah tinggalnya. Apa saja kriteria air bersih, apa pula bedanya dengan air minum?
Kebutuhan manusia akan air tidak hanya untuk minum, tapi juga memasak, mandi, mencuci, dan pelbagai keperluan lain. Sayang, kebutuhan itu tidak selalu tersedia.
Tidak tersedianya air untuk kehidupan sehari-hari disebabkan jumlah air yang terbatas di suatu daerah. Faktornya antara lain ketiadaan jaringan penyedia air bersih seperti PAM (perusahaan air minum) atau sulitnya mendapat air tanah.
Kalaupun air tanah bisa digunakan, kualitasnya tidak selalu baik. Maka rumah tangga di daerah yang kualitas air tanahnya buruk harus mengeluarkan biaya untuk membeli mesin penyaring air dan (tak jarang) air kemasan untuk minum dan memasak.
(Baca juga: 5 Hal yang Diincar Polisi dalam Razia Besar-besaran di Bulan Maret 2018, Catat Ya!)
Perbedaan struktur tanah
Menurut Dr. Ir. Arie Herlambang, Msi, ahli pengendalian pencemaran lingkungan pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dalam wawancara dengan Tabloid Rumah (VIII, 2010), perbedaan kualitas air tanah disebabkan oleh kontur di dalam tanah yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.
Ada lapisan-lapisan pada tanah yang tersusun sejak zaman purba, yang menyebabkan terjadinya kantong air yang terjebak di dalam tanah. Bisa jadi, sebuah penggalian sumur mengenai kantong air yang kuantitasnya besar dan kualitasnya baik, sementara yang lainnya tidak.
Alasan lain yang menyebabkan perbedaan kualitas air meskipun sama-sama diambil dari kedalaman dan di daerah yang sama adalah aliran sungai dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh air yang diserap oleh tanah, kemudian dialirkan melalui sungai bawah tanah.
Sehingga, jika sumur digali sampai bagian tengah sungai bawah tanah, maka air yang didapat akan lebih bagus daripada yang didapat oleh tetangganya.
Kebutuhan naik tapi jumlahnya menurun
Kebutuhan akan air untuk kegiatan sehari-hari cenderung meningkat, sementara kualitas dan kuantitasnya cenderung menurun. Bertambahnya jumlah penduduk, serta makin banyaknya penduduk di suatu daerah, adalah faktor penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas air bersih.
Hal tersebut terjadi karena jumlah air yang diserap kembali oleh tanah lebih sedikit dibandingkan dengan air yang diambil.
(Baca juga: (Foto) Usai Menyantap Induknya, Singa Ini Lakukan Hal Tak Terduga pada Seekor Bayi Kera)
Kondisi tersebut kini banyak terjadi di kota-kota besar. Contoh paling mudah dipahami adalah Jakarta. Berpuluh tahun lalu, air tanah dengan mudah didapatkan hanya dengan menggali sumur beberapa meter. Air pun berkualitas baik.
Tapi sekarang? Sumur harus digali, bahkan dibor, hingga belasan bahkan puluhan meter, dan air yang didapat belum tentu berkualitas baik.
Air minum
Berdasarkan Standarisasi ISO 17025-2005 Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Pertanian IPB, air yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu “air bersih” dan “air minum”.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk seluruh kebutuhan rumah tangga, sedangkan air minum mengacu pada air yang bisa langsung diminum. Air bersih yang dimasak sampai mendidih atau diolah dengan teknologi tertentu akan memenuhi standar air minum.
Agar layak disebut air bersih, setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu fisik dan kimia. Syarat fisik adalah air harus jernih (bebas dari lumpur), tidak berbau, dan tidak berasa (tawar, tidak asin atau asam). Syarat-syarat ini biasanya bisa dikenali atau dirasakan pengguna air.
Sedangkan syarat kimia adalah air harus tidak mengandung zat-zat kimia beracun dan melewati ambang batas, mengandung cukup yodium, dan pH-nya antara 6,5 - 9,2.
Untuk air minum ada satu syarat lagi, yaitu syarat biologi: air harus bebas dari bakteri patogen (seperti Escherichia coli, Clostridium perfringens, Salmonela) dan pembawa bibit penyakit.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/Menkes/SK/VII/2002 antara lain menyebutkan, bakteri patogen tersebut dapat membentuk toksin (racun) setelah periode tertentu yang singkat, dan dapat menyebabkan muntaber.
Mengganggu kesehatan
Menggunakan air yang mengandung bahan kimia beracun bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Dampak yang ditimbulkannya memang langsung terasa, melainkan baru terlihat setelah orang mengonsumsinya dalam jangka waktu lama.
Menurut Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS, dari Pusat Studi Biofarmaka IPB kepada Tabloid Rumah (VIII, 2010), air yang mengandung zat besi terlalu tinggi, jika dikonsumsi terus-menerus bisa menyebabkan kerusakan ginjal dan gigi.
Sedangkan timbal (Pb) dan merkuri (Hg), selain dapat merusak ginjal juga dapat mengakibatkan anemia, kerusakan hati, dan terganggunya fungsi otak.
Air yang mengandung bibit penyakit juga dapat menyebabkan orang yang mengonsumsinya dalam jangka pendek mengalami muntaber, diare, kolera, tifus, dan disentri.
Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, menurut Arie Herlambang, masalah air yang paling banyak ditemui adalah kandungan zat besi (Fe) dan mangan (Mn) yang cukup tinggi.
Air yang kandungan Fe-nya cukup tinggi cirinya adalah awalnya terlihat jernih, tapi setelah didiamkan 2-3 hari akan berubah menjadi kuning. Bahkan bisa sampai meninggalkan noda kuning pada wadahnya seperti bak mandi, ember, dsb.
Sedangkan jika Mn yang tinggi, noda yang ditinggalkan berwarna merah gelap seperti tembaga.
Masalah air dan cirinya
Air yang diperoleh dari dalam tanah maupun PAM sering bermasalah dan tidak memenuhi syarat sebagai air bersih. Dr. Ir. Arie Herlambang, Msi dari BPPT menjelaskan beberapa ciri masalah air.
Ciri-ciri
Air berubah jadi kuning setelah 2-3 hari didiamkan di udara terbuka | Masalah
Mengandung zat besi (Fe) yang cukup tinggi |
Air berkerak putih, sabun sulit hilang dari kulit sekalipun sudah dibilas air berkali-kali, sulit menghasilkan busa. | Sadah atau kandungan zat kapur tinggi |
Air payau dan terasa asin | Mengandung garam |
Air keruh | Mengandung lumpur |
Air kuning lembut dan tidak megendap | Mengandung bahan organik tinggi, seperti gambut |
Air berbau, seperti bau got/selokan | Air tercemar oleh limbah domestik |
Air terasa getir di lidah | pH air terlalu tinggi (bersifat basa) atau terlalu rendah (bersifat asam). |
Ke mana memeriksakan kondisi air?
Apakah air di rumah Anda telah memenuhi standar sebagai air bersih? Bila air di rumah Anda berbau, berwarna, atau berasa, sebaiknya periksakan ke laboratorium.
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan media penjernihan apa yang harus Anda gunakan.
Berikut ini beberapa tempat pemeriksaan air yang bisa menjadi rujukan:
Jakarta:
1. Sucofindo, Graha Sucofindo, Jln. Raya Pasar minggu Kav. 34 Jakarta Selatan. Telp (021) 7986627
2. Laboratorium Analisa Air PAM Jaya, Jln. Pejompongan Raya, Pejompongan, Jakarta Pusat. Telp (021) 5719404
3. PT Unilab Perdana, Gedung Uniwac, Jln. Cileduk Raya no. 10, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Telp (021)7253322
4. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
5. Dinas Kesehatan Ibukota (ada di setiap wilayah Jakarta)
Bandung:
Laboratorium Pengujian Kualitas Air dan Udara, Jln. Atlas no. 6 Antapani, Bandung. Telp (022) 7219399
Surabaya:
Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya, Jln. Karangmenjangan no. 18, Surabaya. Telp (031) 5021451
Malang:
Laboratorium Uji Kualitas Air Perum Jasa Tirta, Jln. Surabaya no. 2A Malang. Telp (0341)551971
(Penulis: Billy Koesoemadinata (Tabloid Rumah), Hotmian Siahaan (Tabloid Rumah), Mayong S. Laksono. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari Extra 2014)
(Baca juga: Setelah Berjam-jam Bedah Tengkorak, Dokter Ini Baru Sadar Telah Operasi Pasien yang Salah)