Advertorial

Akibat Pandemi Virus Corona, Borok China Terbongkar, Hewan-hewan Liar Ini Diselundupkan Sebagai Makanan, Ilmuwan Ungkapkan Tabiat Makan Orang-orang Tiongkok

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Hingga saat ini belum bisa dipastikan penyebab virus corona menyebar, namun ada dugaan bahwa makanan dari hewan-hewan liar menjadi pemicunya.
Hingga saat ini belum bisa dipastikan penyebab virus corona menyebar, namun ada dugaan bahwa makanan dari hewan-hewan liar menjadi pemicunya.

Intisari-online.com - Pandemi virus corona yang menyerang Wuhan Tiongkok, menjadi sorotan dunia karena dampaknya yang mengerikan.

Hal itu menyebabkan beberapa tindakan dalam upaya pencegahan dilakukan.

Hingga saat ini belum bisa dipastikan penyebab virus corona menyebar, namun ada dugaan bahwa makanan dari hewan-hewan liar menjadi pemicunya.

Menutip World of Buzz pada Minggu (26/1/20) China mengambil tindakan dengan mengumumkan pelarangan perdagangan satwa liar.

Baca Juga: Keterlaluan dan Bejat! Pria Tua Bangka Ini Nekat Culik Gadis Kelas 2 SD dan Menggaulinya Selama 4 Tahun, Saat Ditemukan Kondisi Gadis Malang Itu Sungguh Mengenaskan

Hal itu dilakukan sampai epidemi virus corona terkendali.

Bukti lain yang cukup menguatkan adalah virus itu kemungkinan besar ditularkan melalui pasar makanan laut di Wuhan.

Administrasi Negara dan Pengawasan Pasar, Departemen Pertanian dan Urusan Pedesaan, dan Kehutanan Nasional dan Rumput Biro telah diposting sebuah pernyataan secara online padasitus web pemerintah Chinamengumumkan larangan perdagangan satwa liar dari tanggal pengumuman sampai epidemi nasional terangkat.

Peraturan mengumumkan kegiatan perdagangan termasuk karantina hewan liar di berbagai tempat dilarang dan perdagangan hewan liar melalui pasar, supermarket, unit katering, dan platform e-commerce juga dilarang.

Baca Juga: Tubuh Mengeliat dan Bergetar Tak Terkendali, Beginilah Kondisi Mengerikan Penderita Virus Corona dalam Sebuah Rekaman Video: 'Saya Putus Asa, Saya Kehilangan Waktu dan Hari'

Kemudian, warga yang bertemu atau menyaksikan perdagangan satwa liar juga bisa melaporkannya melalui hotline atau platform lokal.

Pihak berwenang juga menyatakan bahwa setiap pelanggaran akan diselidiki dan ditangani sesuai dengan hukum dan peraturan.

Atas imbauan ini, borok negeri panda itu pun terbongkar.

Polisi yang bertugas menemukan selama ini satwa-satwa liar menjadi buruan dan diselundupkan.

Kini usai pandemi tersebut, mereka yang melakukan penyelundupan, akan disita dan dianggap melakukan kejahatan dan ditangkap untuk dibawa ke organisasi keamanan publik.

Hal itu memberikan peringatan bagi warga supaya mereka sadar dengan apa yang mereka konsumsi.

Baca Juga: Ternyata Bill Gates Sudah Ramal Soal Wabah Virus Corona, ‘Wabah Virus Mematikan Akan Jadi Ancaman Ketiga Terbesar di Dunia Setelah Perubahan Iklim dan Perang Nuklir’

Tidak hanya pada makanan satwa liar, tetapi warga harus fokus pada makanan sehat dan menjauhi binatang tak layak makan.

Sayangnya, peraturan ini mungkin hanya berlaku sampai epidemi mereka.

Ini juga menimbulkan pertanyaan apakah perdagangan satwa liar akan dihentikan oleh otoritas Tiongkok.

Menurut Washington Post, kepala dokter hewan global di Wildlife Concervation Society, Christian Walzer, menyebut peraturan ini harus permanen.

Walzer menambahkan bahwa pola makanan satwa liar akan terus berulang jika larangan itu dihentikan.

Tidak hanya di Tiongkok, tetapi negara-negara lain yang menjual satwa liar, khususnya di pasar makanan hewan ektrem.

Baca Juga: 150 Turis China Ini Malah Disambut Meriah Langsung oleh Gubernur Sumbar saat Sampai di Bandara Minangkabau, Sementara Kehadirannya Dilarang di Berbagai Negara Lain

Selain itu situasi ini membongkar tabiat buruk orang-orang Tiongkok yang memiliki kecenderungan untuk melahap satwa-satwa liar.

Dikatakan China menjadi konsumen utama yang terdepan dalam mengonsumsi hewan liar, untuk makanan dan obat-obatan.

Para ahli medis dan satwa liar berharap pandemi ini bisa membantu mengubah sikap masyarakat negeri China untuk mengutuk konsumsi hewan liar.

Sebagian masyarakat terobsesi dengan permainan makan dan mengejar makanan mereka dengan kerakusan dan keserakahan.

Tindakan ini menyebabkan seluruh umat manusia membayar harganya.

Artikel Terkait