Advertorial
Intisari-online.com - Pandemi virus corona yang menyerang Wuhan Tiongkok, menjadi sorotan dunia karena dampaknya yang mengerikan.
Hal itu menyebabkan beberapa tindakan dalam upaya pencegahan dilakukan.
Hingga saat ini belum bisa dipastikan penyebab virus corona menyebar, namun ada dugaan bahwa makanan dari hewan-hewan liar menjadi pemicunya.
Menutip World of Buzz pada Minggu (26/1/20) China mengambil tindakan dengan mengumumkan pelarangan perdagangan satwa liar.
Hal itu dilakukan sampai epidemi virus corona terkendali.
Bukti lain yang cukup menguatkan adalah virus itu kemungkinan besar ditularkan melalui pasar makanan laut di Wuhan.
Administrasi Negara dan Pengawasan Pasar, Departemen Pertanian dan Urusan Pedesaan, dan Kehutanan Nasional dan Rumput Biro telah diposting sebuah pernyataan secara online padasitus web pemerintah Chinamengumumkan larangan perdagangan satwa liar dari tanggal pengumuman sampai epidemi nasional terangkat.
Peraturan mengumumkan kegiatan perdagangan termasuk karantina hewan liar di berbagai tempat dilarang dan perdagangan hewan liar melalui pasar, supermarket, unit katering, dan platform e-commerce juga dilarang.
Kemudian, warga yang bertemu atau menyaksikan perdagangan satwa liar juga bisa melaporkannya melalui hotline atau platform lokal.
Pihak berwenang juga menyatakan bahwa setiap pelanggaran akan diselidiki dan ditangani sesuai dengan hukum dan peraturan.
Atas imbauan ini, borok negeri panda itu pun terbongkar.
Polisi yang bertugas menemukan selama ini satwa-satwa liar menjadi buruan dan diselundupkan.
Kini usai pandemi tersebut, mereka yang melakukan penyelundupan, akan disita dan dianggap melakukan kejahatan dan ditangkap untuk dibawa ke organisasi keamanan publik.
Hal itu memberikan peringatan bagi warga supaya mereka sadar dengan apa yang mereka konsumsi.
Tidak hanya pada makanan satwa liar, tetapi warga harus fokus pada makanan sehat dan menjauhi binatang tak layak makan.
Sayangnya, peraturan ini mungkin hanya berlaku sampai epidemi mereka.
Ini juga menimbulkan pertanyaan apakah perdagangan satwa liar akan dihentikan oleh otoritas Tiongkok.
Menurut Washington Post, kepala dokter hewan global di Wildlife Concervation Society, Christian Walzer, menyebut peraturan ini harus permanen.
Walzer menambahkan bahwa pola makanan satwa liar akan terus berulang jika larangan itu dihentikan.
Tidak hanya di Tiongkok, tetapi negara-negara lain yang menjual satwa liar, khususnya di pasar makanan hewan ektrem.
Selain itu situasi ini membongkar tabiat buruk orang-orang Tiongkok yang memiliki kecenderungan untuk melahap satwa-satwa liar.
Dikatakan China menjadi konsumen utama yang terdepan dalam mengonsumsi hewan liar, untuk makanan dan obat-obatan.
Para ahli medis dan satwa liar berharap pandemi ini bisa membantu mengubah sikap masyarakat negeri China untuk mengutuk konsumsi hewan liar.
Sebagian masyarakat terobsesi dengan permainan makan dan mengejar makanan mereka dengan kerakusan dan keserakahan.
Tindakan ini menyebabkan seluruh umat manusia membayar harganya.