Advertorial

'Curhat' Buruh Tani yang Rela Keluarkan Rp 2 Juta untuk Ikut Kirab Keraton Agung Sejagat Tanpa Sepengetahuan Istri: 'Habis Jalan, Saya Langsung Tidur'

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Kasnan ikut jalan berbaris sambil mengangkat panji-panji bertuliskan aksara jawa yang tidak dimengertinya.
Kirab dilakukan dengan cara berjalan.
Kasnan ikut jalan berbaris sambil mengangkat panji-panji bertuliskan aksara jawa yang tidak dimengertinya. Kirab dilakukan dengan cara berjalan.

Intisari-Online.com - Kerajaan Agung Sejagat beserta pengikutnya menggelar kirab di Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah pada hari Jumat, beberapa waktu lalu.

Salah satu orang yang ikut serta dalam kirab adalah Kasnan, buruh tani berumur 40 tahun asal Dusun Conegaran, Desa Triharjo, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kasnan ikut jalan berbaris sambil mengangkat panji-panji bertuliskan aksara jawa yang tidak dimengertinya.

Kirab dilakukan dengan cara berjalan selangkah demi selangkah.

Baca Juga: Inilah Makhluk-makhluk Misterius Penghuni Gunung Tertinggi di Dunia Kilimanjaro, Ada yang Menyendiri dan Suka Mengintai

Pelan, tapi jaraknya dirasa Kasnan jauh sekali.

Jalan seperti itu membuat Kasnan merasa sakit di kakinya.

"Saya jalan 3 kilometer sambil bawa bendera.

Itu jauh sekali. Katanya 1 kilo saja, ternyata jauh.

Baca Juga: Terdengar Suara-suara Aneh dari Loteng Setiap Malam, Setelah di Telusuri Wanita Ini Temukan Kebenaran yang Bikin Merinding Tersembunyi Selama 12 Tahun

Kaki saya mudah sakit kalau jalan jauh.

Waktu itu rasanya ingin lepas saja dari barisan. Habis jalan, saya langsung tidur di mobil," kata Kasnan mengenang peristiwa lalu, Jumat (17/1/2020).

Demi ambil bagian dalam kirab, Kasnan rela merogoh Rp 2 juta untuk membeli baju seragam beserta topinya.

Uang itu juga jadi syarat untuk mendaftar sebagai anggota Keraton Agung Sejagat.

Baca Juga: 8 Jam Berlayar di Laut Tapi Tak Melihat Air, Pelaut Ini Saksikan Kemunculan Batuan Raksasa Selebar 20.000 Kali Lapangan Sepak Bola, Dari Mana Asalnya?

Baju itu berwarna hitam semacam seragam serdadu pengibar bendera.

Kancing emas berbaris di sisi kanan kiri depan badan dari atas ke bawah.

Terdapat pangkat bertuliskan aksara jawa di pundak, bordiran keemasan di lengan bawah dan sekitaran kerah baju.

Baca Juga: Nelayan Ini Mendadak Kaya Setelah Temukan 'Kotoran Termahal di Dunia' Seharga Rp4,5 Milliar, Mengapa Harganya Semahal Itu?

"Istri belum tahu waktu itu. Saya dapat pakaian Kamis, saya pakai di sana (sebelum kirab)."

"Kalau saya pakai sejak dari sini (Cogenaran), bisa heboh kampung," kata Kasnan.

Ayah empat anak ini senang menjalin perteman. Hal itu yang membuatnya mau beberapa kali ikut acara yang digelar Keraton Agung Sejagat.

Namun, ia belum sepenuhnya yakin akan terlibat di dalam komunitas ini.

Baca Juga: Aroma Busuk dari Rumah Kremasi Tercium dan Mengganggu Warga, Saat Diselidiki Terkuak Ada Fakta Mengerikan di Dalamnya

Ia berharap menemukan hal positif setelah membuka jaringan pertemanan.

Dalam berbagai pertemuan itu, kenang Kasnan, lebih banyak membicarakan soal kemanusiaan dan sosial kemasyarakatan, diawali mendata warga yang layak mendapat uluran bantuan.

Kasnan mengaku tergugah oleh rencana kegiatan kemanusian dalam komunitas ini.

Ia pun akhirnya mau bergabung. "Tapi tidak serta merta ikut. Saya bukan orang yang cepat langsung log in gitu saja."

Baca Juga: Sementara Jakarta Diprediksi Tenggelam Tahun 2050, 2 Pulau di Indonesia Ini Sudah Tenggelam dan 4 Lainnya Terancam Akibat Naiknya Permukaan Air Laut

"Saya harus berpikir panjang. Akhirnya ikut, siapa tahu bagus," kata Kasnan.

Saat Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat berurusan dengan polisi.

Kasnan menyadari ada yang salah dalam komunitas itu. Hanya saja, dia tidak mau berkomentar banyak.

Kasnan merasa bersyukur semua orang tetap baik dan menghargai dirinya.

Penghargaan terbesar tetap diberikan istri beserta anak-anaknya.

Baca Juga: Dari USG Terlihat Janin Ini Menendang Keras Rahim Ibunya Hingga Kakinya Keluar, Dokter pun Panik

"Ini jadi ujian bagi keluarga kami. Saya menerima semua masukan dari istri dan anak-anak."

"Kalau keluarga tidak ada yang piye piye, (hati) saya jadi tenang. Kalau keruh ya malah tidak enak," katanya.

Tetangga juga memperlakukan apa adanya.

Tidak ada tudingan miring bagi dirinya.

Baca Juga: Di Luar Dugaan, Isi Mobil Misterius Ini Setelah Setahun Ditinggalkan di Parkiran Rumah Sakit, Apa Ya?

"Saya memilih diam saja. Kalau pun ada yang mem-bully, saya juga tetap diam saja."

"Mem-bully berarti perhatian. Saya tidak benci. Biar lah. Saya ini orang santai. Saya berdoa saja," katanya.

Kini, Kasnan hanya bisa memantau perkembangan kasus Keraton Agung Sejagat.

Dia juga tidak mau mengingat lebih jauh masa-masanya tergabung dalam kerajaan fiktif itu.

"Saya sudah putuskan semalam untuk melupakan," katanya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Buruh Tani yang Rela Keluarkan Rp 2 Juta untuk Ikut Kirab Keraton Agung Sejagat"

Artikel Terkait