Advertorial
Intisari-online.com -Dilaporkan dari Daily Mail, Hari Minggu 5/1/2020 Taman Bonython di Adelaide didatangi umat Muslim Australia untuk laksanakan shalat meminta hujan berjamaah.
Lebih dari 50 pria, wanita dan anak-anak berkumpul saat itu dan melaksanakan shalat berjamaah.
Terlihat Pendeta Patrick McInerney, dari pusat Hubungan Muslim dan Islam, ikut bergabung dalam ibadah bersama tersebut.
"Hari ini, aku bergabung dengan saudara saudariku Muslim di Adelaide untuk laksanakan shalat meminta hujan," ujarnya.
Baca Juga: Makanan Ini yang Bisa Anda Makan Saat Sakit Perut, Salah Satunya Pisang
"Temanku akan memberi khotbah, yaitu Professor Mohammad Abdala, menyampaikan mengenai pentingnya tetap yakin kepada Tuhan Yang Maha Agung."
Shalat itu dilakukan sehari setelah pilot Dick Lang (78) dan anaknya yang berumur 43 tahun, Clayton, seorang dokter bedah, meninggal dunia akibat kebakaran lahan di Pulau Kangguru.
Keduanya telah berusaha melawan api dan kembali ke kediaman mereka saat kemudian mereka justru terjebak di kebakaran hebat.
Keluarga mereka menyatakan, "kami putus asa setelah kehilangan dua anggota keluarga tercinta, Dick Lang dan anak termudanya Clayton Lang, dalam situasi mengerikan seperti ini."
Baca Juga: Berhasil Sembuh dari Kanker Serviks, Rupanya Titiek Puspa Hindari Jenis Makanan ini
Ajaibnya, sehari setelah dilaksanakan shalat berjamaah, hujan akhirnya turun di Australia pada Senin (6/1/2020).
Tidak hanya itu, hujan telah turun di wilayah pesisir timur, dari Sydney ke Melbourne, dengan hujan deras turun di beberapa wilayah New South Wales (NSW) di hari Senin, dan berlanjut hingga hari Kamis.
Akibat hujan, suhu udara dapat turun beberapa derajad.
Baca Juga: 5 Hal Ini Bisa Bantu Atasi Batu Ginjal, Salah Satunya Kurangi Protein Hewani
Meski begitu, muncul peringatan jika suhu akan naik lagi saat hari Kamis, tetapi umat Islam Australia optimis Tuhan akan memberikan kemudahan.
Ketakutan pemerintah Australia masih beralasan, saat melihat adanya kemungkinan api Victoria dan New South Wales bersatu dapat menjadi ledakan besar.
Polusi juga masih menjadi masalah utama bagi warga Australia.
Perusahaan Asuransi Negara menyatakan telah ada 700 juta Dollar Australia yang terhitung menjadi total kerusakan akibat kebakaran semenjak September.
25 orang terhitung telah meninggal, dan 1500 rumah telah hancur.
Hujan yang turun pada hari Senin telah memudahkan pengiriman bantuan ke wilayah yang terkena dampak kebakaran.
Militer segera mengirim bantuan ke Pulau Kangguru, yang berdekatan dengan kota Adelaide, Australia Selatan.
Baca Juga: Mau Panjang Umur? Ikuti Saja Resep Panjang Umur dari Orang Tertua di Dunia Ini
Pada hari Senin juga tidak ada peringatan darurat setelah hujan turun.
Hujan yang telah turun dapat mengubah langit jingga berubah warna menjadi abu-abu, sebuah pertanda baik jika kondisi sudah membaik.
Australia saat ini sedang bertarung dengan musim kebakaran terburuknya, dengan diperparah melalui suhu panas dan kekeringan berbulan-bulan.
Kondisi ini diperkirakan masih akan terjadi sampai musim kebakaran di Australia selesai.
Tidak seperti negara di subtropis wilayah belahan dunia utara, Australia justru saat ini mengalami musim panas dan puncaknya adalah pada bulan Februari.
Pemerintah sudah didesak semua orang untuk memberikan aksi berarti mengenai dampak perubahan iklim ini.
Julie Bishop, mantan Menteri Luar Negeri dan rekan separtai Perdana Menteri Scott Morrison, menyatakan bahwa "kami tidak memiliki kebijakan energi nasional di negara ini dan pendekatan nasional untuk menangani perubahan iklim.
"Jika negara seperti Australia gagal menunjukkan kepemimpinan, kami tidak dapat menyalahkan negara lain karena telah bertindak kurang awas terhadap perubahan iklim."
Baca Juga: Menguak Efek Berbahaya GHB, Ramuan Rahasia yang Digunakan ReynHard Untuk Memperdaya Korbannya