Advertorial
Intisari-Online.com -Nama Reynhard Sinaga tiba-tiba menjadi perhatian media, tidak hanya Indonesia dan Inggris, tapi juga seluruh dunia.
Maklum, dengan label 'kasus pemerkosaan terbesar sepanjang sejarah Inggris, kasus yang dihadapkan padaReynhard memang sangat menggemparkan.
Total, 159 kasus pemerkosaan dan serangan seksual terhadap 48 korban pria terbukti dilakukan oleh Reynhard Sinaga.
Di antara 159 kasus, terdapat 136 dakwaan pemerkosaan, dengan korbannya dilaporkan ada yang diperkosa berkali-kali.
Para korban disebut mengalami trauma, dan sebagian mencoba bunuh diri akibat tindakan "predator setan" Reynhard Sinaga.
Sebuah bukti yang cukup untuk menggiring pria asal Indonesia ini ke dalam hukuman seumur hidup.
Namun, meski mendapat label sebagai kasus pemerkosaan terbesar dalam sejarah Inggris, kasus ini tak tercium media selama dua tahun penyelidikan dan persidangan berlangsung.
Mengapa bisa demikian? Apa pula tujuannya? Benarkah karena terkait sosokReynhard Sinaga?
Sebelum mengulas tentang alasan tidak munculnya kasus pemerkosaan yang dilakukanReynhard Sinaga di media massa, mari kita uraikan dulu kasus ini.
Pagi hari tanggal 2 Juni 2017, nampaknya menjadi hari 'sial' bagiReynhard Sinaga.
Kekejiannya selama ini yang tertutup rapi pada akhirnya terbongkar saat salah satu korban, bisa dibilang korban terakhirnya tersadar saat dilecehkan olehdirinya.
Obat-obatan yang selama ini digunakan olehReynhard Sinaga untuk membuat para korbannya tak sadarkan diri nampaknya tidak bekerja dengan baik pada korban terakhirnya yang berusia 18 tahun tersebut.
Sang korban terbangun lalu menyadariReynhard Sinaga sedang memerkosa dirinya dan melakukan perlawanan luar biasa hingga melukaiReynhard Sinaga.
Remaja itu kemudian menelepon nomor darurat 999 dan ambulans segera tiba di Montana House, tempat Reynhard Sinaga tinggal selama lima tahun, di sudut klub-klub tempat ia menemukan banyak korbannya.
Reynhard Sinaga diulurkan dan dibawa ke rumah sakit dengan dugaan pendarahan di otak, sementara polisi menangkap remaja itu karena dicurigai membahayakan tubuh.
Detektif dari polisi Greater Manchester segera menyadari bahwa mereka telah menahan orang yang salah.
Mereka pergi ke Manchester Royal Infirmary untuk menanyai Reynhard Sinaga dan memperhatikan bahwa dia bertingkah aneh.
Dia terobsesi untuk diberikan teleponnya dan berulang kali memberikan kata sandi yang salah kepada polisi, mencoba mengambilnya dari seorang petugas ketika dia dengan enggan mengungkapkan pin yang benar.
Setelah membuka kunci telepon, mereka menemukan film-film yang menunjukkan Reynhard Sinaga memperkosa serangkaian pemuda yang tampaknya sedang tidur.
IPhone lain berisi lebih banyak film pria.
Analisis selama berbulan-bulan mengidentifikasi lebih dari 195 korban berbeda, yang semuanya tidak sadar sementara Sinaga melecehkan mereka.
DI Zed Ali, petugas investigasi senior, mengatakan itu “seperti mencoba menyatukan jutaan potongan gambar tanpa penutup gergaji ukir”.
Hingga pada akhirnya 48 orang korban melapor dan mengaku siap menjadi saksi dalam persidanganReynhard Sinaga, yang pada akhirnya berbuah vonis seumur hidup untukReynhard Sinaga.
Lalu mengapa kasus ini bisa tertutup dari media massa?
Ternyata sebenarnya media sudah mengetahui kasus ini jauh-jauh hari.
Namun, pengadilan meminta dilakukannyamedia blackout atau larangan pemberitaan terkait kasusReynhard Sinaga.
Ada dua tujuan utama dari penerapanmedia blackoutini.
Pertama, karenakasus itu harus dibagi menjadi empat persidangan terpisah.
Hal ini harus dilakukan sebab jumlah korban yang akan bersaksi mencapai 48 orang.
Di sisi lain,Layanan Kejaksaan Mahkota (CPS) Inggris masih terus membuka kemungkinan munculnya korban-korban lain.
Mereka meyakini jumlah korbanReynhard Sinaga lebih dari 48 orang.
Bahkan, muncul dugaan jumlahnya lebih dari 100 orang.