Intisari-Online.com – Memiliki anak, apalagi pertama kali, tentunya membuat seorang ibu lebih banyak berhati-hati dalam merawatnya.
Karena merasa belum pengalaman, akhirnya ibu baru ini mencari referensi melalui buku-buku bahkan internet, atau mendengarkan orang lain.
Berikut ini adalah surat pengakuan penyesalan seorang ibu yang dibuatnya karena terlalu mendengarkan omongan orang lain.
Juga, dia lebih memilih mengikuti arahan dari buku, hingga ia tidak mendengarkan suara hati atau ‘insting’nya sebagai ibu.
Akhirnya ibu ini pun menyesal karena lebih mendengarkan omongan dari orang lain, yang belum tentu cocok untuk bayinya.
Ini postingan dari surat penyesalannya.
Bayiku tersayang,
Kaulah yang membuatku ibu, dan itu tidak datang tanpa kurva belajar yang sangat curam.
Ada banyak hal yang datang secara alami kepada saya, mencintaimu, menenangkanmu hingga kembali tidur, dan secara naluriah mencari tahu apa arti setiap tangisanmu, tetapi ada begitu banyak hal yang tidak ibu ketahui.
Jadi, ibu melakukan apa yang dilakukan banyak ibu baru. Ibu memanfaatkan sumber daya terbesar yang ibu miliki: ibu-ibu lain.
Semua orang tampaknya memiliki pendapat tentang setiap segi keibuan, dan itu luar biasa untuk sedikitnya.
Meskipun banyak informasi yang menakjubkan dan bermanfaat, namun banyak juga yang tidak.
Perjuangan terbesar ibu denganmu berkisar pada tidur dan makan, dan karena ibu tidak memiliki kerangka referensi, ibu menerima saran yang diberikan kepada ibu.
Ketika berbicara tentang makanan, ibu membaca buku itu.
Jika tertulis "6 bulan ke atas," maka ibu tidak berani memberikannya kepadamu pada 5 bulan dan 29 hari.
Semua orang di sekitar ibu begitu kaku dalam hal apa yang mereka berikan kepada anak-anak mereka dan kapan, dan karena mereka tampaknya memiliki alasan yang baik, ibu mengikuti.
Meskipun kamu sudah makan banyak saat masih balita, ibu tidak bisa tidak bertanya-tanya apakah mentalitas "buku" itu ada hubungannya dengan pilihanmu makan sekarang.
Baca Juga: Ternyata ada Institut yang Khusus Mengajarkan Cara Merawat Bayi Kukang Yatim Piatu
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR