Advertorial

Berlumurn Darah, Petani Kopi Tewas Diterkam Macan Tutul, BKSDA Sumsel Selidiki Penyebabnya

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
Mentari DP

Tim Redaksi

'Kita sampaikan agar masyarakat tidak melakukan hal-hal yang mengganggu habitat satwa. Kalau itu habitat satwa, alokasikan.'
'Kita sampaikan agar masyarakat tidak melakukan hal-hal yang mengganggu habitat satwa. Kalau itu habitat satwa, alokasikan.'

Intisari-Online.com - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan menurunkan tim untuk melihat kondisi hutan di sekitar Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Kabupaten Lahat.

Hal ini terkait terkait tewasnya Kuswanto (53), petani kopi yang diterkam macan tutul ketika sedang beraktivitas.

Kepala BKSDA Sumsel Genman Suhefti Hasibuan menjelaskan, macan tutul itu keluar dari habitatnya lantaran diduga mengalami tekanan di tempat mereka tinggal, seperti pembalakan liar, kebakaran hutan atau adanya pembukaan lahan baru.

Baca Juga: Inilah Raja Judi Asal Indonesia, Menang Rp28 Miliiar dari Amerika, Uangnya Bukan untuk Senang-senang tapi Dibawa Pulang Kampung untuk Pengobatan Gratis!

Menurut Genman, wilayah tempat terjadinya konflik antara satwa liar dan warga tersebut memang berdekatan dengan hutan lindung.

"Kebun tersebut berada di luar kawasan hutan lindung. Artinya, macan tutul tersebut keluar dari habibat aslinya.

Kemungkinan kalau secara umum ada tekanan dan gangguan sehigga menyebabkan satwa itu keluar," kata Genman, Minggu (17/11/2019).

Baca Juga: Jangan Lagi Motret Makanan dan Mengunggahnya ke Instagram, Mengapa? Koki Terbaik di Dunia Ini Beri Penjelasannya

Tim dari BKSDA Sumsel pun telah dikirimkan untuk mengetahui penyebab satwa tersebut keluar dari habitatnya.

Setelah kajian tersebut dilakukan, mereka baru akan memutuskan untuk menentukan titik yang tepat memasang jebakan kamera.

"Kita belum tahu berapa jumlah macan tutul disana. Tim sedang dilapangan," ujarnya.

Pada umumnya, menurut Genaman, macan tutul merupakan hewan yang tidak memliki kebiasaan untuk menyerang manusia dibandingkan harimau.

Fenomena tersebut akan dijadikan kajian oleh BKSDA Sumsel untuk melihat gangguan seperti apa yang dialami hewan bernama latin panthera pardus itu.

"Kita sampaikan agar masyarakat tidak melakukan hal-hal yang mengganggu habitat satwa. Kalau itu habitat satwa, alokasikan, jangan di ganggu,” jelasnya.

Baca Juga: Geng Narkoba Dibuat Geram dan Marah Besar Hingga Merugi Rp300 Juta Gara-gara Hewan yang Sering Bikin Onar di Satu Negara Ini

Diberitakan sebelumnya, Kuswanto (53) petani kopi di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan harus meregang nyawa setelah diterkam seekor macan tutul di Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti, ketika sedang memetik kopi di kebunnya sendiri, Minggu (17/11/2019).

Informasi yang dihimpun, sekitar pukul 10.00 WIB korban sedang memetik kopi di area perkebunan.

Mendadak Yansyah yang merupakan teman korban, mendengar suara jeritan Kuswanto.

Jeritan itu membuat Yansyah menuju sumber suara untuk melihat keadaan Kuswanto.

Ia terkejut melihat temannya itu sudah berlumuran darah.

Baca Juga: Gara-gara Anaknya Pecahkan Guci, Wanita Ini Jadi Tahu Rahasia Suaminya Selama 13 Tahun, 'Saya Mengirim SMS ke Suami dan Memintanya untuk Pulang'

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Petani Kopi Tewas Diterkam Macan Tutul, BKSDA Sumsel Selidiki Penyebabnya"

Artikel Terkait