Advertorial
Intisari-Online.com – Beberapa waktu lalu diberitakan ima wisatawan yang dilaporkan tewas akibat tenggelam di danau kawasan wisata adat Baduy, Kabupaten Lebak, Banten.
Identitas lima korban tersebut yakni Malvin Reizen Alvino, Moses Imanuel Baskoro, Sahrul Ramadhan, Paskaleo Anesho Telaumbanua, dan Christiano Arthur Immanuel Rumahorboro.
Kelima korban itu seluruhnya adalah siswa SMP Budhaya III, Duren Sawit, Jakarta Timur yang menggelar study tour ke wilayah tersebut.
Mei Yong (41), ibu dari Malvin Reizen Alvino (12), berdiri di samping peti sang anak dan terus menangis. Dia selalu mengusap-usap kepala putranya.
Menurut Mei, dia tidak menyangka sang anak meninggal dunia akibat tenggelam.
"Saya tidak tahu bagaimana mereka (Mavin dan empat temannya) ini bisa berenang bareng itu.”
“Tapi dia ini jago berenang," ujar Mei Yong seperti dilansir dari kompas.com pada Minggu (27/10/2019).
Menurut cerita dari guru, Malvin berusaha menyelamatkan temannya yang jatuh tercebur ke dalam danau.
Namun ketika hendak melakukan penyelamatan, malang nasib Malvin. Ia malah ikut terjatuh ke dalam danau.
Jenazah Malvin dimakamkan di TPU Kampung Kandang, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (26/10/2019).
Seperti yang kita tahu, salah satu risiko yang bisa terjadi ketika berenang adalah tenggelam. Bahkan pada seseorang yang pandai berenang sekali pun.
Sebab, tenggelam terjadi dengan cepat dan penyebabnya sulit dijelaskan.
Saat seseorang tenggelam, dirinya akan terbenam ke dalam air sambil tangannya menggapai-gapai dan kakinya bergerak seperti menaiki tangga.
Terkadang tenggelam membuat seseorang sulit untuk berteriak atau mengeluarkan suara sama sekali sehingga menyulitkannya meminta bantuan.
Akibatnya, hampir semua kasus tenggelam berujung fatal seperti kematian. Hal ini terjadi lantaran saat tenggelam, seseorang bisa kehabisan napas.
Dilansir dari BuzzFeed pada tahun 2018 silam, bahwa risiko tenggelam lebih besar pada anak kecil. Khususnya anak-anak di bawah usia 4 tahun karena mereka belum mahir berenang.
Tak hanya di kolam renang, bayi dan balita juga dapat tenggelam di bak mandi, ember air, atau wadah air lainnya.
Risiko tertinggi untuk tenggelam ada pada anak-anak dengan rentang usia 5-18 tahun. Kemungkinan mereka tenggelam di kolam renang mencapai 5,5 kali lipat.
Untuk kasus Malvin, perlu Anda tahu, jika seseorang jago berenang, mereka mungkin dapat menurunkan risiko tenggelam.
Namun mereka bukan berarti terhindar dari risiko tenggelam.
Karena seseorang dapat dengan mudah mendapat masalah ketika jatuh ke air dan proses terjadinya sangat cepat.
Baca Juga: Manfaat 'Ajaib' Fermentasi Acar, Mampu Kontrol Gula Darah hingga Cegah Kanker Kolorektal
Tapi apa yang terjadi ketika seseorang mulai tenggelam?
Sebuah video edukasi oleh Life Noggin menjelaskan, dalam kebanyakan kasus orang yang tenggelam, mulut dan hidungnya akan tertutup air.
Oleh karena itu, orang yang tenggelam misalnya saat berenang sulit untuk dikenali karena dari kejauhan dia terlihat diam saja.
Padahal, saat seseorang tenggelam, dia berusaha mencari udara.
Dari situlah air kemungkinan akan mulai masuk dan memicu reaksi laryngospasm.
Laryngospasm adalah reaksi yang membuat pita suara mengencang menutup saluran udara demi melindungi paru-paru.
Inilah yang membuat seseorang semakin sulit untuk berteriak minta tolong.
Ketika suplai oksigen lama-kelamaan berkurang, maka orang yang tenggelam akan terkena hipoksia dan membuat kesadarannya hilang. Sebab tubuh masuk ke fase relaksasi sehingga air bisa mengisi paru-paru.
Sebuah studi pada tahun 2013 menyebutkan kecil kemungkinan orang bisa selamat atau tidak mengalami kerusakan otak ketika sudah tenggelam selama lebih dari 10 menit.
Belum lagi fakta bahwa ketika seseorang tenggelam dalam suhu air yang dingin (di bawah 35 derajat Celcius), ada kemungkinan terjadi hipotermia.
Baca Juga: Gatal-gatal Karena Biduran, Coba Atasi Secara Alami dengan Ini, Salah Satunya Air Kelapa