Advertorial
Intisari-Online.com – Kemarin, Senin (14/10/2019), merupakan salah satu hari berkabung bagi penggemar K-Pop di seluruh dunia.
Sulli, mantan anggota girlgroup f(x) dan seorang aktris, ditemukan tewas pada Senin (14/10/2019) di rumahnya pukul 15.20 waktu setempat.
Oleh managernya, Sulli ditemukan meninggal karena bunuh diri karena gantung diri.
Polisi dan SM Entertainment, selaku agensi yang menaungi Sulli, juga telah memberikan pernyataan resmi.
Terang saja, berjuta-juta doa datang untuk memberi kekuatan kepada keluarga, teman, dan seluruh penggemar Sulli.
Mereka memberikan belasungkawa sedalam-dalamnya atas kepergiaan Sulli di usianya yang masih 25 tahun.
Yah, Sulli memang menjadi salah satu idol yang sudah sukses di usia muda.
Sulli debut bersama f(x), sebuah girlgroup dari agensi besar pada tahun 2009 namun sebenarnya wanita yang memiliki nama lengkap Choi Jin-ri ini sudah debut sejak tahun 2005.
Sulli yang begitu manis adalah seorang aktris, penyanyi, model, dan juga MC.
Polisi memang sudah mengonfirmasi Sulli meninggal karena bunuh diri. Tapi alasannya bunuh diri belum diketahui.
Namun sebagian besar orang mengatakan hal tersebut karena depresi.
Sulli memang mengalami fase naik turun selama beberapa tahun ini. Setelah keluar dari f(x) pada 2014, dia sempat hiatus karena beberapa skandal. Seperti pacaran hingga caranya berpakaian.
Namun Sulli tetap mendapatkan beberapa komentar negatif.
Hal tersebut dia katakan dalam acara yang dia bintangi berjudul “The Night of Hate Comment" yang membahas reaksi mereka atas berbagai komentar pedas dari netizen dancyberbullying.
Seperti yang kita tahu, ada beberapa alasan seseorang nekat melakukan bunuh diri dan sebagian besar kasus tersebut disebabkan oleh depresi.
Stres dan depresi bisa dirasakan oleh setiap manusia, terlepas dari berapa pun usianya.
Namun ternyata golongan usia tertentu dianggap lebih rawan terkena stres dan depresi.
Dilansir dariKompas.com, psikolog Tara de Thouars mengungkapkan, usia dewasa muda, yaitu 20-29 tahun, dianggap sebagai kategori usia rawan stres dan depresi.
Hal itu terjadi karena pada masa-masa ini orang memiliki tingkat produktivitas tinggi.
Hal ini berdampak pada banyaknya target yang ingin dicapai, hingga urusan keluarga di masa-masa awal pernikahan.
Sehingga, mereka yang berada di rentang usia ini perlu lebih mengeskplorasi hidupnya.
"Mengejar hal-hal tersebut bukan perkara mudah, sehingga tentu banyak momen penat yang menghampiri."
"Jadi stres paling tinggi memang dialami mereka yang memasuki masa dewasa muda," kata Tara de Thouars.
Baca Juga: Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santosa, Jenderal yang Jujur dan Berani Hingga Akhir Hayatnya
Dari sisi psikologis, dewasa muda disebut penuh dengan ambisi.
Mereka ingin membuktikan kemampuan, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Selain karena ambisi itu, tantangan dari luar pun tak bisa diabaikan.
Mereka dituntut harus belajar.
Akibat buruk dari ketidakmampuan mencapai segala tuntutan itu mengakibatkan stres, depresi, yang akhirnya berujung pada tindakan bunuh diri.
Tara mengingatkan untuk mengatur beban yang ada, orang harus rileks saat penat mulai datang.
Dia mencontohkan otak seperti komputer, jika banyak program dibuka dan berjalan, maka akan panas.
Begitu juga dengan otak, bila terlalu banyak berpikir, maka akan lelah dan tak fokus.
"Yang bisa dilakukan adalah istirahat sejenak agar fungsi otak kembali optimal," kata Tara.
Rest in Peace, Sulli. (Muflika)