Intisari-online.com - Pada 6 Agustus 1945, pesawat pengebom B-29 milik AS menjatuhkan bom atom berjuluk Little Boy di kota Hiroshima, Jepang.
Meski bernama 'Little Boy', dampak bom itu jauh dari ukuran kecil.
Kota Hiroshima luluh lantak dan 140.000 orang tewas seketika, belum dihitung mereka yang tewas kemudian karena luka-luka dan pengaruh radiasi.
Padahal, bom atom Little Boy itu "hanya" berkekuatan 15 kiloton, yang jika dibanding dengan persenjataan nuklir yang dimiliki beberapa negara saat ini, tentu terbilang amat kecil.
Baca Juga: Jangan Coba-coba Memasak di Ruangan Ber-AC, 3 Orang Ini Alami Hal Mengerikan Setelah Melakukannya
Lalu bagaimana jika bom atom, setidaknya bom yang dijatuhkan di Hiroshima, dijatuhkan di sebuah kota modern saat ini?
Bayangkan jika sebuah bom berkekuatan 150 kiloton dijatuhkan di sebuah kota besar misalnya New York, London, Bangkok, atau Jakarta.
"Kita hidup di masa ketika senjata nuklir menjadi pembicaraan sehari-hari."
"Meski demikian, banyak orang yang tidak menyadari dampak yang dihasilkan sebuah bom nuklir," kata Alex Wellerstein, sejarawan sains dari Institut Teknologi Stevens, New Jersey, AS.
Nah, untuk memahami seberapa besar dampak bom atom atau persenjataan nuklir lainnya, Wellerstein menciptakan aplikasi interaktif yang disebut Nukemap.
Lewat aplikasi ini, pengguna bisa membayangkan atau mencoba "menjatuhkan" bom atom dengan berbagai ukuran di kota mana pun di dunia.
Aplikasi ini juga menyediakan tampilan yang memperlihatkan dampak langsung jika sebuah bom nuklir dijatuhkan di sebuah kota.
Pengguna aplikasi bisa mengetahui jumlah korban tewas, luka, hingga sebaran radiasi nuklir ke daerah sekitar lokasi jatuhnya bom.
Melaui Kompas.com mencoba aplikasi Nukemap ini dan pertama dipilih kota New York, AS dengan bom berkekuatan setara dengan Little Boy atau 15 kiloton.
Menurut situs Wikipedia, pada 2017 penduduk kota berjuluk Big Apple itu sebanyak 8,6 juta jiwa.
Baca Juga: Bukan Negara Kaya, Tapi Korea Utara Terus Menjalankan Proyek Nuklir, dari Manakah Uangnya?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR