Advertorial
Intisari-online.com - File-file yang dideklasifikasi telah mengungkapkan rincian baru tentang dukungan pemerintah AS untuk kampanye pemusnahan PKI pada 1960-an.
Ribuan File dari kedubes AS di Jakarta mencakup peristiwa 1963-1966 dipublikasikan pada Selasa 17 Oktober 2017 silam, di bawah pemerintahan Obama kala itu.
Menurut The Guardian, file itu mengungkap keterlibatan AS yang mengejutkan dalam perselisihan anti-komunis brutal di Indonesia.
Dikatakan pada saat itu Soeharto pemimpin militer Indonesia yang kuat mengorganisir penumpasan PKI yang melakukan upaya kudeta brutal dengan cara penculikan brutal, dan pembunuhan enam perwira tinggi.
Tahun 1965 Indonesia disebut memiliki partai komunis terbesar ketiga dunia setelah China dan Uni Soviet dengan beberapa juta anggota.
Pada saat itu Soekarno dipandang sebagai presiden yang karismatik, sosial dan Anti-Amerika.
Para pejabat AS sangat gembira ketika para jenderal konservatif memberlakukan undang-undang darurat di Jakarta dalam upaya menumpas PKI.
Dalam beberapa bulan, tentara Indonesia akan menang menggeser orientasi politik Indonesia.
Melansir The Atlantic, para pejabat kedutaan AS menerima pembaharuan tentang eksekusi dan menawarkan bantuan liputan media.
Baca Juga: Datangi Festival Musik, Remaja Ini Lupa di Mana Parkirkan Mobilnya, Seminggu Dicari Tak Juga Ketemu!
Sementara dokumen-dokumen penting yang memberikan wawasan kegiatan AS di Indonesia masih kurang, jadi garis besar peran Amerika sepenuhnya ada.
Pertimbangan kebijakan luar negeri AS pada saat itu untuk menghentikan penyebaran komunisme dan menghentikan pengaruhnya.
John Roosa adalah associate professor of History di University of British Columbia menulis tentang Indonesia tahun 1965.
Dia meninjau dokumen dan liputan media dia mengatakan,"banyak orang asing AS penetapan kebijakan memandangnya sebagai kemenangan besar sehingga mereka dapat menyortir 'membalik' Indonesia dengan sangat cepat."
"Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia berdasarkan ukuran populasi, dan partai komunisnya adalah yang terbesar ketiga di dunia,setelah Tiongkok, Cina dan Uni Soviet," katanya.
Untuk mencegah wilayah Indonesia jatuh ke tangan komunis, pemerintah AS menerapkan strategi intelijen keras.
Dalam hal ini agen CIA secara diam-diam didukung militer AS untuk mengawasi Indonesia, mula-mula pasukan AS siap tempur berada di kawasan Pasifik, mencakup Singapura, Filipina.
Tujuannya bahwa militer AS siap menginvasi Indonesia jika waktunya tiba.
Upaya pertamanya adalah menggulingkan Soekarni, dan itu terjadi ketika G30S/PKI di mana militer Indonesia dibantu PKI.
Keterlibatan CIA dalam aksi G30S/PKI yang memicu pembunuhan massal itu secara gamblang diakui oleh sendiri CIA melalui sejumlah dokumen kabel diplomatik Amerika soal tragedi 1965.
Dokumen itu dibuka ke publik oleh tiga lembaga Amerika, itu menguak sejumlah surat dari dan ke Amerika Serikat terkait pembunuhan massal pasca 1965.
Ketiga lembaga itu selain NSA juga National Declassification Center (NDC), keduanya lembaga nirlaba, dan lembaga negara National Archives and Records Administration (NARA).
Dokumen yang dibuka adalah 39 dokumen setebal 30.000 halaman yang merupakan catatan Kedutaan Besar Amerika untuk Indonesia sejak 1964 hingga 1968.
Isinya antara lain seputar ketegangan antara militer dengan PKI, termasuk efek selanjutnya berupa pembantaian massal.
Pembantaian massal terhadap warga Indonesia yang dituduh PKI ternyata direstui oleh CIA yang juga telah memberikan izin membunuh (License to a kill) kepada militer Indonesia.
Baca Juga: Waspadalah! Kasus Terbaru: Ditinggal Sejenak untuk Tutup Garasi, Mobil Dibawa Kabur Pencuri