Advertorial
Intisari-online.com - Beberapa waktu lalu sebuah penelitian yang ditulis oleh Alyson Wilson dari Australia mengenai mayat manusia menghebohkan publik.
Konon, selama 17 bulan mayat manusia yang telah mati masih bisa terus bergerak.
Hal itu dibuktikan dengan merekam penguraian badan mayat pendonor dalam interval 30 menit selama 17 bulan.
Mereka merekamnya dengan foto, di mana mayat-mayat ini bergerak secara sigifikan dari mulai turun ke samping dan bergeser ke sisi tubuh lainnya.
Selama 17 bulan gerakan itu menghasilan foto yang berbeda, ini membuktikan bahwa mayat-mayat itu masih bergerak.
Alyson Wilson mengatakan "Setelah kematian manusia, mereka tidak bisa tidur dengan tenang selamanya."
Namun, dia menyebut bahwa gerakan itu bisa jadi penyusutan dan kontraksi ligamen tubuh yang mengering.
Baru-baru ini menurut AFP pada Senin (15/9/19) menjelaskan tentang pertanian mayat itu.
Pertanian mayat itu didirikan pada 2015 silam oleh University of Technology, Sydney tujuannya untuk membantu ilmuwan memahami apa yang terjadi setelah kematian.
Semenetara itu juga membantu mereka melatih anjing polisi dengan baik dan mencium aroma sisa-sisa manusia.
Dipahami bahwa, "pertanian mayat" ini meliputi tanah seluah 48 hektar dengan keamanan tingkat tinggi.
Lokasinya dirahasiakan, dan tidak akan dipublikasikan, pada saat yang sama polisi dan ilmuwan bekerja di dalamnya untuk mempelajari mayat manusia.
Selain di Sydney, pertanian mayat paling terkenal juga ada di Amerika Serikat di Pusat Antropologi Forensik Universitas Tennesse, AS.
Pertanian mayat ini berfungsi untuk mengekplorasi proses penguraian serat.
Seperti pakaian yang dikenakan mayat serta mengidentifikasi bau kematian untuk pertama kalinya.
Yang paling berguna adalah untuk melatih anjing polisi mengendus kejahatan dan orang mati dalam bencana alam.
Baca Juga: Google Doodle Rayakan Ultah Chrisye, Begini Akhir Hidup Penyanyi Legendaris Itu Sebelum Tutup Usia