Advertorial

Belasan Mobil Terlibat Tabrakan Beruntun di Cipularang, 6 Mobil Terbakar: Bukan Mistis, Ini Alasan Banyak Kecelakaan di Km 90-100 Tol Cipularang

Ade S

Editor

Kecelakaan beruntun terjadi di KM 91 Tol Cipularang, Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/9/2019), siang.
Kecelakaan beruntun terjadi di KM 91 Tol Cipularang, Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/9/2019), siang.

Intisari-Online.com -Kecelakaan beruntun terjadi di KM 91 Tol Cipularang, Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/9/2019), siang.

Belasan mobil dikabarkan terlibat dalam kecelakaan tersebut dengan enam di antaranya terbakar.

Kecelakaan tersebut memakan ruas jalan dari Bandung arah Jakarta.

Menurut laporan Resstia Dela, jurnalis Kompas TV yang sedang dalam perjalanan ke Jakarta, mengatakan asap hitam muncul dari mobil yang terbakar.

Baca Juga: Mudik Lebaran, Dikira Masuk Angin Eh Fitri Malah Melahirkan di Mobil di Rest Area Cipularang

Sementara para korban sudah dilarikan ke Rumah Sakit Muhammad Thamrin.

Pihak yang hendak menolong masih kesulitan karena belum bisa mendekat karena api masih cukup tinggi.

Kecelakaan ini seolah mengingatkan betapa 'angkernya' ruang tol Cipularang khususnya pada km 90-100.

Namun, bukan karena hal mistis yang membuat ruas jalan ini berhahaya.Simak penjelasannya berikut ini.

Baca Juga: Sate Maranggi Cibungur Tak Terlindas Cipularang

Penyebab kecelakaan di jalan tol memang beragam, bisa dari kondisi pengemudi, kendaraan sendiri, hingga kendaraan lain.

Berbicaratentang jalan tol Cipularang Km 90 hingga 100, spot ini memang kerap terjadi kecelakaan.

Malah sampai ada yang mengaitkan penyebab kecelakaan di spot ini dengan berbagai kejadian mistis.

Kanitlaka Satlantas Polres Purwakarta, Iptu Asep Kusmana mengatakan ruas Tol Cipularang antara KM 100 hingga KM 90 adalah blackspot

Baca Juga: Tol Cipularang: Berisiko Tapi Bisa Diantisipasi

Ia menyebut jalur tersebut sebagai blackspot karena di wilayah itu menjadi lokasi yang rawan kecelakaan yang mengakibatkan korban.

Seperti halnya kecelakaan yang terjadi di Tol Cipularang KM 96, pada Jumat (28/6/2019) pagi.

Pada kecelakaan tersebut sopir diduga mengantuk, yang mengakibatkan dua korban meninggal dunia dan tiga penumpang lainnya luka-luka.

Asep mengatakan di sekitar lokasi itu memiliki beberapa faktor penyebab kecelakaan. Kecelakaan terjadi disebabkan faktor human error maupun faktor geometrik jalannya.

Baca Juga: 22 Tahun Kematian Putri Diana: 'Charles Ingin Saya Mati dalam Kecelakaan'

"Di lokasi blackspot Cipularang itu menjadi titik lelah pengemudi, kemudian kontur jalannya turunan, tanjakan dan dikombinasi dengan banyak tikungan," kata Asep kepada Tribun Jabar saat ditemui di Mapolres Purwakarta, Ciseureuh, Purwakarta.

Mengantuk atau kelelahan saat mengemudi sangatlah fatal sekaligus meningkat kemungkinan kecelakaan.

Asep menjelaskan bahwa selain faktor jalan dan kendaraan, kecelakaan yang fatal terjadi karena pengemudi mengalami Microsleep.

Microsleep adalah tidur sementara secara mendadak dalam beberapa detik yang biasanya terjadi karena kelelahan atau kebosanan.

Baca Juga: Kisah 'Kereta Hantu' di Carolina Utara, 128 Tahun Setelah Kecelakaan Mematikan Konon Kereta Itu Masih Berjalan Hingga Tim Pemburu Hantu Berakhir Tragis

Karena Microsleep itulah di jalur masuk Purwakarta dari arah Bandung itu sering terjadi kecelakaan.

"Karena mengantuk menjadi faktor paling tinggi kecelakaan di situ, meski microsleep itu hanya beberapa detik tapi akibatnya fatal, dan hampir selalu tabrak belakang kendaraan," ujar dia.

Ditambah lagi, saat kecelakaan terjadi karena mengantuk, bisa dipastikan tidak ada pengereman dengan jarak yang cukup sebelum kecelakaan.

Oleh karena itu, efek kecelakaannya sering kali sangat parah hingga menimbulkan korban jiwa.

Baca Juga: Kecelakaan Maut, Sebuah Ambulans Terbalik, Pengemudi dan Pasien yang Akan Dibawa ke Rumah Sakit Tewas di Tempat Kejadian

Di Tol Cipularang KM 90an, Asep menduga banyak pengemudi mobil yang memacu kendaraannya karena telah mengebut di jalan yang lurus sebelumnya.

Pada saat memasuki kontur jalan yang berkelok-kelok, pengemudi kurang antisipasi dan seringkali oversteer atau understeer.

Understeer adalah gejala pada saat mobil cenderung sulit untuk berbelok akibat roda depan kehilangan traksi dan memasuki tikungan terlalu cepat.

Sedangkan oversteer merupakan gejala mobil yang kehilangan traksi pada area ban belakang ketika sedang menikung di jalan dan mengakibatkan tergelincir dan hilang kendali.

Baca Juga: Malah Buang Jenazah dan Kabur, Supir Truk Seharusnya Disuruh Bawa Korban Kecelakaan ke Rumah Sakit

"Setelah jalan KM 100-an itu kan lurus, ngebut tuh, karena melebihi kecepatan bisa oversteer atau tekor saat berbelok. Tapi paling banyak karena faktor kelelahan atau mengantuk," katanya.

Asep mengimbau pengguna jalan tol yang melintasi Purwakarta untuk tetap berhati-hati dan selalu menjaga kewaspadaannya saat mengemudi.

Ia menyarankan agar pengemudi bisa melakukan istirahat yang cukup di sejumlah rest area yang telah tersedia.

"Setiap dua jam sekali disarankan untuk istirahat untuk menghindari kelelahan atau microsleep saat berkendara. Serta atur kecepatan dan jarak aman di dalam tol, hal itu tidak cuma angka," katanya.

Baca Juga: Gula Darah Rendah Timbulkan Risiko Kecelakaan hingga Kematian, Ketahui Gejala dan Pencegahannya

Artikel ini sudah tayang di GridOto.com dengan judul "Kenapa Banyak Kecelakaan di Tol Cipularang Km 90-100? Ternyata Ini Penyebabnya".

Artikel Terkait