Advertorial

Kisah Pilu Mayat 'Sleeping Beauty' yang Meninggal di Gunung Everest, Sebelum Mati Dia Menangis Sambil Ucapkan Kalimat Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Puncak tertingginya, Gunung Everest adalah hal yang sangat sulit untuk dijangkau, bagi mereka yang sanggup mencapainya seolah mewujudkan mimpi.
Puncak tertingginya, Gunung Everest adalah hal yang sangat sulit untuk dijangkau, bagi mereka yang sanggup mencapainya seolah mewujudkan mimpi.

Intisari-Online.com - Bukan hal mudah untuk mendaki gunung tertinggi di dunia yang masuk dalam rangkaian Pengunungan Himalaya.

Puncak tertingginya, Gunung Everest adalah hal yang sangat sulit untuk dijangkau, bagi mereka yang sanggup mencapainya seolah mewujudkan mimpi.

Telah banyak orang gugur hanya demi mencapai puncak Gunung Everest.

Banyak kehidupan berakhir dan gunung itu seolah menjadi kuburan masal para pendaki yang gugur.

Baca Juga: Duo Maling Ini Bobol Rumah Gunakan Hitungan Primbon Jawa, Namun Tertangkap Karena Langgar Pantangan

Salah satu yang terkenal adalah sosok mayat "Sleeping Beauty" yang tak lain adalah sosok Francys Arsentiev.

Bercerita tentang kisah pendakian Francys Arsentiev, kembali pada 22 Mei 1998.

Dia adalah seorang pendaki dari Hawaii.

Saat Francys berusia 6 tahun, dia dibawa ayahnya ke Colorado Peak.

Saat itulah hasratnya untuk naik gunung sangat tinggi muncul.

Hingga suatu ketika, dia memutuskan untuk mendaki Gunung Everest tanpa menggunakan alat bantu pernapasan.

Pada saat yang sama, suaminya Sergei Arsentiev mengalami kecelakaan ketika mereka mencapai puncak.

Baca Juga: Sering Naik Pesawat? Ini yang Terjadi pada Tubuh Anda Saat Berada di Pesawat

Pada saat itu, Francys mulai mengalami hipotermia, suaminya Sergei harus berjuang untuknya bersama tim Uzbek. Dia meminta tabung oksigen dan obat-obatan.

Tetapi mereka jatuh ke tebing dan mati dan tidak pernah kembali.

Setelah banyak pendaki yang lewat, tidak ada yang berhenti untuk menyelamatkan Francys sampai pasangan Ian Woodall dan Cathy O'Dowd lewat dan menemukannya sekarat.

Dalam kondisi tersebut, Francys mengatakan kepadanya, "Jangan tinggalkan aku, mengapa kamu melakukan ini padaku?"

Baca Juga: Berhasil Tembak Truk Pengebom ISIS dari Jarak 2,5 Km, Sniper SAS Ini Menyelamatkan Anak-Anak

"Aku orang Amerika," katanya berulang kali.

Meskipun keduanya ingin membantu Francys, dia telah banyak kehilangan kemampuan untuk melakukan sesuatu karena kondisi yang tidak memungkinkan.

Jika dia memutuskan untuk menyelamatkannya turun gunung kemungkinan besar ketiganya dalam bahaya.

Maka, keduanya memutuskan untuk menyerah mendaki dan memutuskan untuk menemani Francys sampai dia meninggal.

Baca Juga: Ternyata Usianya Capai 5.500 Tahun, Kota Kuno Legendaris Troy Lebih Tua dari yang Diperkirakan Sebelumnya

Sebelum meninggal, Francys menulis surat kepada putranya yang berumur 10 tahun, "Hei! Paul! kami sedang mendaki gunung, kami merindukanmu, aku mencintaimu, cium Mommy."

Setelah itu, dia meninggal di puncak tersebut. Sampai tahun berikutnya, pasangan itu kembali ke Everest dan mereka menemukan tubuh Francys masih di tempat yang sama.

Karena tidak ada kekuatan dan peralatan memadai, mereka tidak bisa memindahkan Francys untuk turun dari gunung.

Pada tahun 2007, Ian Woodall kembali ke Gunung Everest, dia memindahkan tubuh Francys ke lereng yang landai di dekat jalan utama sambil membungkusnya dengan bendera Amerika.

Artikel Terkait