Sugesti kata-kata
Dibandingkan dengan di masa silam, menurut Honga, seorang peramal asal Jakarta, kini umumnya cara berkomunikasi terhadap klien telah mengalami banyak perubahan.
Jika dulu peramal terkesan selalu memberi kata-kata yang lugas apa adanya, kini lebih memberikan alternatif solusi.
Sebab Honga meyakini kata-kata dari peramal dapat memberi sugesti pada seseorang. Sekitar 80 persennya akan benar terjadi pada orang itu.
Dalam suatu permasalahan, peramal mengedepankan alternatif penyelesaian atas hasil penerawangan. Baik itu untuk menghindari potensi kejadian yang buruk maupun memaksimalkan peluang yang ada.
“Di sinilah letak tanggung jawab atas permasalahan kliennya,” tutur perempuan keturunan Hongaria berusia 42 tahun ini.
Penjelasannya, kata Honga, terkait dengan hukum tarik-menarik bahwa segala pikiran kita akan diamini oleh semesta. Kenyataan inilah yang membuat peramal modern, cenderung berhati-hati dengan penyampaiannya.
Sebab menurut dia ada banyak kejadian, klien benar jatuh sakit, benar dia dipecat, atau dia kehilangan uang, jika memang diungkapkan hal-hal seperti itu.
“Kalau saya judge, maka orang akan kepikiran dan benar akan terjadi seperti itu,” tutur peramal yang sudah 17 tahun menekuni profesi ini.
Soal sugesti itu pula yang membuat seorang peramal memilih untuk tidak memberi tahu apa yang kemungkinan terjadi terhadap klien di masa depan. Yang mereka beritahu bukan hasilnya apa, tapi prosesnya bisa bagaimana.
“Lebih ditekankan pada ‘kenapa’, bukan ‘kapan’,” kata Arra.
Diharapkan dari penjelasan itu, klien tidak terpaku pada apa yang akan terjadi nantinya, tapi melakukan hal-hal terbaik yang bisa mereka lakukan.
Penulis | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
Editor | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
KOMENTAR