Mantan Panglima Angkatan Laut Laksamana Martadinata yang meninggal tahun 1966 dalam kecelakaan helikopter di Puncak, Jawa Barat, lokasinya diabadikan sampai saat ini dengan adanya bangkai pesawat udara tersebut.
Martha Christina Tiahahu adalah pahlawan nasional termuda (1800 - 1818). la bersama ayahnya menghadiri sumpah rakyat Maluku menentang Belanda tahun 1817. Sejak itu ia berjuang bersama ayahnya menyemangati rakyat melawan penjajah.
Mereka berhasil merebut benteng Beverwijk di Nusalaut, walaupun pusat pertahanan itu akhirnya dapat direbut Belanda kembaii.
Martha dan ayahnya ditangkap. Ayahnya dijatuhi hukuman mati di Nusalaut sedangkan Martha bersama 38 orang lainnya dibawa dengan kapal Belanda Eversten dari Ambon ke Jawa. Selama di atas kapal, Martha tetap tutup mulut dan mogok makan sampai meninggal. Jenasahnya kemudian dibuang ke laut.
Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy (1783 - 1817) dijatuhi hukuman mati oleh Belanda namun tidak diketahui keberadaan makamnya. Demikian pula I Gusti Ketut Jelantik yang gugur dalam pertempuran melawan Belanda tahun 1849.
Semasa revolusi kemerdekaan, terdapat pula pahlawan yang tidak memiliki makam yakni Andi Abdullah Bau Massepe yang tewas tahun 1947 dan Dr. Muwardi yang meninggal saat meletusnya peristiwa Madiun tahun 1948.
Simbolis berisi pasir pantai
Para pahlawan yang sudah gugur selama bertahun-tahun di dasar lautan tentu mustahil ditemukan jenazahnya. Namun ada upaya tertentu agar makamnya tetap ada meskipun secara simbolis saja.
Hal ini menimpa Oto Iskandar di Nata, tokoh Sunda yang diculik pada akhir tahun 1945. Oto adalah tokoh pertama yang hilang pasca kemerdekaan, saat itu ia menjabat Menteri Negara. Kasus ini baru disidangkan di pengadilan 14 tahun kemudian (1959).
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR