Advertorial
Intisari-Online.com - Salah satu contoh tindakan dalam peremajaan vagina yakni melalui prosedur semi-invasif.
Prosedur ini fokus pada perbaikan penampilan vagina sehingga terlihat lebih kencang dan berisi (labia mayora augmentation).
Prosedur ini dilakukan dengan menambah volum pada bagian bibir vagina labia luar supaya lebih kenyal dan berisi. Tindakan ini dilakukan menggunakan filler atau serum platelet rich plasma (PRP) yang berasal dari darah pasien.
Namun sebelumnya, darah akan melewati proses sentrifugasi, yaitu pemisahan bagian menggunakan mesin pemutar.Prosedur semi-invasif lain adalah injeksi g-spot yang diniatkan untuk meningkatkan kemampuan orgasme.
Prosedur ini dapat membantu perempuan yang tidak dapat menikmati hubungan seks akibat kehilangan titik sensitifnya.
Caranya dengan menginjeksikan PRP pada area sensitif tersebut.Hanya berdurasi selama 20 menit, tindakan non-invasif bisa dilakukan secara sadar dan nyaman.
Pasien hanya akan merasakan kenaikan temperatur yang menimbulkan rasa hangat di daerah vagina maupun labia.
Kenaikan ini dibutuhkan untuk memicu pengencangan pada bagian yang dituju. Setelah tindakan non-invasif, pasien diizinkan pulang dan melakukan aktivitas sehari-hari termasuk berhubungan intim.
Hanya saja, prosedur ini sebaiknya tidak dilakukan pada masa premenstrual syndrome karena saat itu tubuh sedang sensitif.
Untuk perawatan non-invasif, pengerjaannya mudah, cepat, tanpa rasa nyeri, dan tidak perlu anastesi.
Bagian vagina yang dikenai tindakan adalah labia (labia remodeling, labia mayora tightening, labia mayora brightening).
Perawatan dilakukan dengan radiofrequency yakni gel dan alat yang dialiri listrik pada bagian yang diinginkan. Prosedurnya hanya sekitar 10 menit.Usai prosedur, pasien bisa melakukan aktivitas harian seperti olahraga, bahkan berhubungan intim.
Hasil perubahan bisa bertahan antara 6-24 bulan bergantung pola hidup.
Namun kalau pasien tidak berolahraga, merokok, atau minum alkohol, maka akan mempercepat penurunan kualitas hubungan.Peremajaan vagina memang bisa dilakukan perempuan dewasa dari berbagai tingkat usia. Namun tetap saja ada prioritas, siapa yang boleh menjalaninya.
Karena itu, sebelum tindakan pasien akan menjalani konseling agar betul-betul yakin pada tindakannya. “Kriteria atau syarat melakukan terapi di antaranya perempuan yang mengalami masalah elastisitas vagina yang mulai berkurang (vaginal laxity), kering, infeksi berulang, stress urinary incotinence, serta menginginkan solusi masalah kesehatan kewanitaan tanpa operasi,” jelas dr. Ni Komang Yeni Dhanasari, SpOG dari Bamed Women’s Clinic.