“Kadang bonceng teman yang memakai sepeda ontel. Kalau tidak ada boncengan ya terpaksa jalan kaki,” kata Mundholin.
Demi cita-citanya supaya bisa sekolah tinggi, Mundholin tetap menjalani kehidupannya dengan penuh semangat, meskipun di sekolah ia sering dipandang sebelah mata oleh teman-temannya, karena status sosialnya sebagai anak panti asuhan.
Rasa minder, tidak percaya diri, merasa dikucilkan, ada dalam diri Mundholin kecil.
Tetapi, karena mempunyai semangat supaya bisa sekolah, rasa itu ia abaikan.
Baca Juga: Awalnya Ingin Cari Batu Permata, Penambang Ini Justru Temukan Fosil Monster Laut
Mundholin tetap rajin belajar dan terus berdoa. Hasilnya, di sekolahnya ia mempunyai prestasi yang sangat baik.
“Saya menjadi salah satu anak yang pandai. Teman-teman saya mulai mengakui saya. Bahkan saya ditunjuk oleh guru kelas sebagai ketua kelas,” lanjutnya.
Lulus SMP, Mundholin melanjutkan ke SMA.
Jarak sekolahnya dengan panti sangat jauh dan tidak mungkin ditempuh dengan jalan kaki.
Akhirnya, dia dititipkan untuk tinggal di panti asuhan di Weleri, yang jarakanya dekat dengan sekolah.
Di panti asuhan yang baru, menurut Mundholin, aturannya lebih ketat dibandingkan yang lama.
Namun, aturan itu lah yang membuat Mundholin merasakan betul manfaatnya hingga sekarang.
Kehidupan di panti asuhan membuat Mundholin menjadi orang yang tidak mudah mengeluh, pekerja keras, ulet, telaten, sabar dan pantang menyerah.
“Selepas SMA, saya mulai kerja di BPR di wilayah Kecamatan Gemuh.
Saat itu, saya menjadi petugas desa yang bekerja dari kantor balai desa satu ke balai desa lainnya," kata Mundholin.
Lantaran ketekunan dan kejujurannya tersebut, karirnya sebagai karyawan BPR terus meningkat.
Baca Juga: Antar Anak Sekolah Pakai Ferarri 488 Seharga Rp10 Miliar, Ayah ini 'Didepak' dari Grup WeChat
Sebagian uang pendapatannya ia sisihkan untuk membantu ibu dan membiayai kuliahnya di Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) 1945 Semarang.
Setelah lulus kuliah dan meraih gelar sarjana, ia dipercaya menjadi Wakil Direktur BPR BKK Kendal.
“Alhamdulillah, sekarang saya sudah dua periode ini menjabat sebagai Direktur BPR BKK Kendal dan saya juga sudah lulus S2 atau Magister Manajemen,” kata Mundholin.
Mundholin mengaku, dirinya tidak pernah malu akan latar belakang kehidupannya sebagai anak panti asuhan ataupun anak yatim.
Bahkan, kepada siapapun ia sampaikan bahwa dirinya adalah anak panti.
Baca Juga: Awalnya Ingin Cari Batu Permata, Penambang Ini Justru Temukan Fosil Monster Laut
Aktif membantu panti asuhan
Sukses menjabat sebagai Direktur BPR BKK Kendal, Mundholin tidak lantas lupa akan asal usulnya.
Ia mengaku, jika hidup sebagai anak yatim memanglah berat, apalagi harus hidup di panti asuhan tanpa keluarga dan harus dituntut mandiri.
Oleh sebab itu, ia sebisa mungkin membantu anak-anak yatim dan panti asuhan.
Salah satunya, dengan menjadi donatur. Mundholin ingin memberikan kebahagiaan kepada anak-anak yatim.
Sebab, dirinya merasakan sendiri, bagaimana susah dan sedihnya menjadi anak yang tidak memiliki orang tua.
Baca Juga: Semakin Berumur, Wanita Semakin Menomorduakan Kepuasan Seksual, Lalu Apa Nomor Satunya?
Di samping itu, dirinya juga ingin panti asuhan membuat usaha mandiri.
Misalnya seperti usaha fotokopi dan penjualan alat tulis kantor (ATK).
Tujuannya, agar panti asuhan bisa mandiri dan tidak terlalu bergantung pada bantuan.
“Saya adalah anak yang merasakan bagaimana panti asuhan itu begitu sabar mendidik dan merawat anak-anak yatim.
Paling tidak, dengan bisa meringankan beban pengurus panti asuhan,” tandasnya.
Baca Juga: Cerita Putroe Neng, Menikahi 100 Pria Namun 99 Suaminya Berakhir Tragis Saat Malam Pertama
Di sela kesibukan kerjanya, Mundholin selalu menyempatkan waktu untuk datang ke panti asuhan untuk memberikan motivasi kepada anak-anak yatim.
Ia berbagi cerita dan pengalaman hidup kepada anak-anak di panti asuhan, agar mereka semangat.
Mundholin menyebarkan pesan bahwa anak yatim, anak panti asuhan bisa sukses dan berhak untuk mendapatkan hidup yang layak seperti anak-anak lainnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Penghuni Panti Asuhan yang Kini Jadi Direktur Utama"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR