Advertorial
Intisari-Online.com - Tony Agus Wijaya, Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengatakan udara dingin yang menyelimuti beberapa lokasi di Jawa Barat beberapa hari ini disebabkan musim kemarau yang memasuki puncaknya.
"Juli dan Agustus adalah saat suhu udara minimum di Bandung.
Sama dengan tahun lalu karena musim kemaraunya normal."
"Berbeda dengan 2014, saat kemarau terganggu pola hujan, karena terjadi La Nina," kata Tony, Rabu (17/7/2019).
La Nina, katanya, menyebabkan suhu laut di Pasifik Barat lebih dingin dari normalnya, sehingga meskipun kemarau, di Bandung terjadi banyak hujan dan saat dini hari tidak terasa dingin.
Namun tahun lalu dan tahun ini, La Nina tidak mengganggu kemarau, sehingga udara jadi dingin.
"Di Sukajadi, Kota Bandung, Suhu minimum pada 17 Juli 2019 dini hari tadi 15,4 derajat Celcius."
"Di Lembang suhu minimum 17 Juli 2019 dini hari tad 13,2 derajat Celcius."
"Seperti ini rutin tiap kemarau. Kemarau tahun lalu di bulan Juli, suhunya sama dengan saat ini," ujarnya.
Tony menambahkan musim kemarau tahun ini memiliki cuaca cerah yang membuat sinar matahari yang masuk permukaan bumi sebagian besar terpantulkan ke angkasa, sehingga radiasi panas matahari yang tersimpan di permukaan bumi saat dini hari, sangat sedikit.
Baca Juga: 3 Jam Tanpa Henti, Seorang Suami Siksa Istrinya hingga Tulang Rusuk Patah di Depan Anak Balitanya
Dengan adanya angin yang bertiup dari tenggara, dari arah Australia, membawa udara yang kering dan dingin ke Jawa Barat.
"Suhu yang dingin dalam beberapa hari terakhir di Bandung Raya maupun secara umum di Jawa Barat merupakan fenomena yang biasa atau wajar yang menandakan datangnya periode musim kemarau," katanya.
Untuk Jawa Barat, periode musim kemarau datang pada bulan Juni dengan terlebih dahulu masuk di wilayah sekitar pantai utara, kemudian bergerak ke arah selatan.
Kondisi saat ini dipengaruhi juga dengan masih adanya kelembapan pada ketinggian permukaan hingga 1,5 kilometer di atas permukaan laut sehingga pada sore hari masih terlihat adanya pembentukan awan.
Akan tetapi pada ketinggian 3 kilometer di atas permukaan laut yang relatif kering, potensi awan yang terbentuk untuk terjadi hujan relatif kecil dan dampaknya kondisi kelembapan pada malam hingga pagi hari menambah kondisi suhu udara menjadi dingin.
Dari pantauan alat pengukur suhu udara di Stasiun Geofisika Bandung tercatat selama bulan Juli 2019 ini, suhu udara terendah tercatat sebesar 16,4 derajat celcius pada tanggal 12 Juli 2019.
Sedangkan di lokasi dengan elevasi yang semakin tinggi seperti di pos observasi geofisika Lembang (1.241 meter) tercatat 13,0 derajat Celcius pada tanggal 16 Juli 2019.
"Dengan karakteristik cuaca seperti ini dihimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kondisi badan supaya tetap fit, salah satu di antaranya, saat bepergian ke luar rumah selalu mengenakan baju hangat atau jaket dan mengonsumsi buah-buahan serta sayuran," katanya.
Baca Juga: Jaga Diri untuk Tidak Mencampuri Urusan Orang Lain
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Di Jawa Barat Malam Hari akan Terasa Lebih Dingin Sampai Agustus 2019, Begini Penjelasannya