Advertorial

Tak Manusiawi, Wanita India Dipaksa Operasi Angkat Rahim Agar Tak Ganggu Pekerjaan Setiap Menstruasi

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Bahwa banyak wanita yang bekerja di ladang tebu di negara bagian Maharashtra, diminta untuk melakukan operasi pengangkatan rahim.
Bahwa banyak wanita yang bekerja di ladang tebu di negara bagian Maharashtra, diminta untuk melakukan operasi pengangkatan rahim.

Intisari-Online.com - Dua berita yang sangat mengkhawatirkan muncul di India baru-baru ini.

Yakni mengenai kesehatan reproduksi wanita dan kurangnya perlindungan bagi wanita kelas pekerja terkait dengan menstruasi.

Geeta Pandey dari BBC News, melaporkan bahwa banyak wanita yang bekerja di ladang tebu di negara bagian Maharashtra, diminta untuk melakukan operasi pengangkatan rahim untuk menghentikan menstruasi sehingga mereka tidak absen kerja lagi saat ‘tamu bulanan’ datang.

Setiap tahunnya, puluhan ribu keluarga dari distrik Beed, Osmanabad, Sangli, dan Solapur, bermigrasi ke wilayah barat India yang dikenal dengan julukan "sabuk gula".

Baca Juga: Lucinta Luna Mengaku Jadi Orang Pertama Lakukan Operasi Potong Pinggang di Indonesia, Bagaimana Prosedurnya?

Ketika sampai di sana, warga miskin ini berada di bawah kekuasaan kontraktor serakah yang menggunakan setiap kesempatan untuk mengeksploitasi mereka.

Pertama-tama, mereka enggan memperkerjakan perempuan karena memotong tebu adalah pekerjaan berat.

Juga karena perempuan dianggap merugikan karena kehilangan satu atau dua hari produktivitasnya selama menstruasi.

Kejamnya, jika para pekerja ini tidak masuk sehari saja, mereka tetap harus membayar penalti.

Baca Juga: Tak Ada yang Percaya Ucapan Bocah 3 Tahun Itu Selama Lebih dari 20 Tahun, Hingga Ia Menemukan Tengkorak di Kebun Rumahnya

Pada akhirnya, sekelompok wanita yang kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan tanpa pendidikan ini pun, terpaksa membuat pilihan yang memiliki dampak jangka panjang dan fatal yang memengaruhi kesehatan dan kehidupan mereka.

Desa wanita tanpa rahim

Di salah satu distrik di India Barat itu, tercatat ada 4.605 praktik histerektomi.

Kebanyakan dilakukan pada wanita di bawah 40 tahun.

Baca Juga: Demi Tutupi Sebuah Fakta Mengerikan, Pria Ini Tipu Dokter dan Istrinya dengan Mengaku Menderita Hepatitis C

Namun, pada beberapa kasus, pengangkatan rahim ini juga terjadi pada perempuan berusia 20-an.

Bahkan, masih menurut laporan BBC, setengah populasi perempuan di desa Vanjarwadi, sudah melakukan histerektomi.

Karena sebagian besar menikah muda–sudah memiliki dua hingga tiga anak saat berusia 20-an–dan karena dokter tidak memberi tahu tentang masalah yang akan mereka hadapi jika mereka menjalani histerektomi, akhirnya banyak wanita yang percaya bahwa tidak apa-apa untuk menyingkirkan rahim mereka.

Desa tersebut pun sering disebut sebagai "desa wanita tanpa rahim".

Baca Juga: Berpakaian Terlalu Seksi Wanita Ini Diusir dari Pesawat Karena Dianggap 'Mengacaukan' Penerbangan

Namun, sebenarnya, intervensi bedah yang tidak perlu ini cukup berbahaya.

Diketahui bahwa itu telah menyebabkan komplikasi parah, nyeri otot dan sendi, rasa pusing yang konstan, hingga pembengkakan ekstrem, pada perempuan-perempuan India.

Stigma menstruasi

Selain pengangkatan rahim, laporan dari Reuters juga menunjukkan bahwa banyak perempuan India yang bekerja di industri garmen di Tamil Nadu, sering diberi obat-obatan di tempat kerja ketika mereka mengeluhkan tentang nyeri haid.

Baca Juga: Letakkan Selembar Kertas pada Pintu Lemari Es, Ini Manfaat Ajaib yang Bisa Anda Dapatkan

Bukannya, diperbolehkan beristirahat ketika sakit menstruasi datang, para wanita pekerja ini justru dicekoki dengan obat tak berlabel.

Seratus wanita diwawancara oleh Thompson Reuter terkait masalah tersebut–kebanyakan berusia 15-25 tahun.

Hasilnya menunjukkan bahwa obat-obatan yang diberikan perusahaan tadi menyebabkan beberapa efek samping mual dan muntah. Itu juga memberikan efek jangka panjang seperti siklus menstruasi yang tidak menentu, depresi, hingga sulit hamil.

Stigma mengenai menstruasi memang menjadi hal umum di India–berkaitan dengan mitos dan nilai-nilai adat di negara tersebut.

Baca Juga: Temukan Benda Kuning Mengambang di Laut, Pria Ini Malah Menghancurkannya, Padahal Harganya Rp457 Juta

Meskipun para aktivis sudah menantang masalah ini, tetapi stigma masih berkembang luas.

Tidak hanya di India, beberapa negara maju pun kesulitan memahami isu menstruasi.

Studi terbaru dari British Medical Journal yang dilakukan pada 33 ribu perempuan di Belanda, mengungkapkan bahwa mereka rata-rata kehilangan produktivitas selama 8,5 hari akibat nyeri dan gejala menstruasi lainnya.

Meski begitu, hanya 14% wanita yang mengaku mengambil izin dari sekolah atau pekerjaan.

Baca Juga: Simpan Cadangan 200 'Jam Kiamat', Inilah Program Senjata Nuklir Paling Rahasia di Dunia

Dan sayangnya, ketika mereka meminta cuti, hanya 21% perusahaan yang memberikan mereka waktu istirahat dengan alasan sakit.

Sekitar setengah dari populasi global mengalami menstruasi pada titik tertentu dalam hidup mereka.

Saatnya kita mematahkan tabu dan mulai menerimanya.

Baca Juga: Inilah Cara Kate Middleton 'Hancurkan' Tradisi Kerajaan Setelah Kelahiran Pangeran George

Artikel ini sudah pernah tayang di Nationalgeographic.grid.id oleh Gita Laras Widyaningrum dengan judul asli "Agar Tak Ganggu Pekerjaan Setiap Menstruasi, Wanita India Dipaksa Operasi Angkat Rahim"

Artikel Terkait