Ia pun berhenti untuk memastikan kelinci itu aman.
Bertekad untuk mencari perangkap, ia menyusuri semak-semak.
Namun ia justru menemukan hal yang tak diharapkan, sebuah kotak kardus berisi tubuh seseorang.
Meskipun dia takut berinteraksi dengan polisi, mahasiswa itu melaporkan penemuan mayat kepada mereka.
Mengingat bocah itu masih muda, berusia antara tiga dan tujuh tahun, polisi berharap ia akan cepat diidentifikasi.
Namun, begitu mereka melihat mayat itu, harapan mereka pupus.
Sementara orang pasti akan mencari anak laki-laki yang hilang yang sehat, dirawat dengan baik, dan jelas dicintai, tidak mungkin mereka akan mencari yang kurus, kotor, kurang gizi.
Sayangnya, seperti kondisi bocah di dalam kotak itu seperti deskripsi yang terakhir, seperti anak yang tak diinginkan.
Rambutnya kusut dan sepertinya baru saja dipotong karena gumpalannya masih menempel di tubuhnya.
Baca Juga: Kisah Tragis Elisabeth Fritzl, Dikurung 24 Tahun dalam Penjara Ayahnya Sendiri Hingga Miliki 7 Anak
Tubuhnya sangat kurus kekurangan gizi dan ditutupi dengan bekas luka bedah, terutama di pergelangan kaki, pangkal paha, dan dagu.
Terlepas dari kenyataan bahwa ia tampak ditinggalkan, polisi mengambil sidik jarinya, berharap menemukan kecocokan.
Sayangnya, tidak ada yang melakukannya.
Selama beberapa tahun berikutnya, lebih dari 400.000 selebaran dikirim ke wilayah Philadelphia, serta kota-kota lain di Pennsylvania.
Rekonstruksi wajah forensik telah dilakukan, dan gambar seorang anak muda yang bahagia dimasukkan pada semua poster.
Selebaran dipasang di kantor polisi, kantor pos, dan bahkan dimasukkan ke dalam amplop dengan tagihan gas, tetapi tetap saja, tidak ada orang yang datang dengan informasi.
TKP sendiri digeledah dan diteliti beberapa kali, tetapi selain beberapa item pakaian anak-anak, tidak ada petunjuk.
Hingga hari ini, identitas bocah itu tetap menjadi misteri seperti pada tahun 1957.
Source | : | All Thats Interesting |
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Nieko Octavi Septiana |
KOMENTAR