Advertorial

Penelitian: Ada Hubungan Antara Makanan Olahan dan Peningkatan Autisme

K. Tatik Wardayati
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Sebuah Penelitian  mengungkapkan bahwa makanan olahan dapat memegang kunci untuk meningkatkan autisme.
Sebuah Penelitian mengungkapkan bahwa makanan olahan dapat memegang kunci untuk meningkatkan autisme.

Intisari-Online.com – Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Scientific Reports, sebuah jurnal Nature, ada hubungan antara makanan yang dikonsumsi oleh wanita hamil dan efeknya terhadap perkembangan otak janin.

Penelitian itu mengungkapkan bahwa makanan olahan dapat memegang kunci untuk meningkatkan autisme.

Dengan jumlah anak yang didiagnosis dengan autisme meningkat, kebutuhan untuk menemukan apa yang menyebabkan gangguan tersebut menjadi hal yang lebih mendesak.

Dengan temuan penelitian tersebut, para peneliti menyatakan bahwa mereka sekarang selangkah lebih dekat untuk menunjukkan hubungan antara makanan yang dikonsumsi wanita hamil dan efeknya pada otak janin yang sedang berkembang.

Baca Juga: Kisah Joshua Beckfort, Derita Autisme dan Usia 6 Tahun Kuliah di Oxford: Aku Ingin Menyelamatkan Bumi

Sebagai bagian dari penelitian, tim peneliti mengidentifikasi perubahan molekuler yang terjadi ketika sel-sel punca neuro terpapar pada asam tingkat tinggi yang biasa ditemukan dalam makanan olahan.

Dalam penelitian yang diterbitkan pada 19 Juni di Scientific Reports, sebuah jurnal Nature, para ilmuwan menemukan bagaimana tingkat tinggi Propionic Acid (PPA), yang digunakan untuk meningkatkan umur simpan makanan yang dikemas dan menghambat jamur dalam keju dan roti yang diproses secara komersial, mengurangi perkembangan neuron di otak janin.

Saleh Naser, spesialis dalam penelitian gastroenterologi di Sekolah Tinggi Ilmu Kedokteran Biomedis Burnett, memulai penelitian setelah laporan menunjukkan bahwa anak-anak autis sering menderita masalah lambung seperti sindrom iritasi usus besar.

Dia bertanya-tanya tentang kemungkinan hubungan antara usus dan otak dan mulai memeriksa bagaimana mikrobioma, atau bakteri usus, berbeda antara orang dengan autisme dan mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut.

Baca Juga: Waspada! Menurut Penelitian, Autisme pada Anak Perempuan Sering Tidak Terdiagnosis, Bagaimana Bisa?

“Penelitian telah menunjukkan tingkat PPA yang lebih tinggi pada sampel tinja dari anak autis dan mikrobioma usus pada anak autis berbeda. Saya ingin tahu apa penyebabnya,” Naser menjelaskan, seperti dilansir dari thehealthsite.

Di laboratorium, para ilmuwan menemukan mengekspos sel batang saraf pada PPA yang berlebihan merusak sel-sel otak dalam beberapa cara.

Pertama, asam mengganggu keseimbangan alami antara sel-sel otak dengan mengurangi jumlah neuron dan memproduksi sel glial yang berlebihan.

Sementara sel glial membantu mengembangkan dan melindungi fungsi neuron, terlalu banyak sel glia mengganggu konektivitas antar neuron.

Baca Juga: Bagaimana Bisa Wanita Ini Baru Didiagnosis dengan Autisme Setelah Usianya 23 Tahun?

Mereka juga menyebabkan peradangan, yang telah dicatat dalam otak anak-anak autis.

Jumlah asam yang berlebihan juga memperpendek dan merusak jalur yang digunakan neuron untuk berkomunikasi dengan seluruh tubuh.

Kombinasi dari berkurangnya neuron dan jalur yang rusak menghambat kemampuan otak untuk berkomunikasi, menghasilkan perilaku yang sering ditemukan pada anak-anak dengan autisme, termasuk perilaku berulang, masalah mobilitas, dan ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.

Baca Juga: Mengharukan! Warga Merayakan Ulang Tahun Anak dengan Autisme yang Hanya Dihadiri Dua Temannya

Artikel Terkait