Intisari-Online.com - Membahas tentang kehidupan, tidak “klop rasanya bila kita melupakan suatu hal penting dalam hidup yaitu siklus. Saat belajar di sekolah dasar dahulu, saya dikenalkan pertama kali dengan kata-kata siklus dan yang paling saya ingat adalah cerita mengenai siklus air. Bagaimana air itu berasal dari laut,menjadi hujan, mengalir kembali ke laut.
Berbeda dengan siklus air yang dimulai dan diakhiri dengan bentuk yang sama, siklus kehidupan manusia sedikit berbeda. Manusia memulai dari tidak ada dan kembali ke tidak ada.
Yah kalau digambarkan secara mudah, dari lahir, kemudian menjadi anak, remaja , dewasa, tua dan kembali lagi menjadi tidak ada. Itulah siklus kehidupan yang harus diterima sebagai kenyataan untuk kita sebagai manusia.
Tahapan kehidupan
Ada beberapa tahapan dalam kehidupan seperti yang diutarakan di atas. Namun secara ekonomi kita bisa membaginya menjadi beberapa tahapan kehidupan.
Ada yang membaginya menjadi tiga bagian yaitu tahap awal kehidupan ekonomi, stabil di ekonomi dan tahapan mapan secara ekonomi. Ada juga yang membaginya menjadi empat tahapan, awal, stabil, mapan dan diakhiri dengan tahap berbagi.
Semuanya pada dasarnya sama yaitu menggambarkan bagaimana keadaan ekonomi seseorang sesuai dengan alur siklus dirinya. Pada tahap awal biasanya ditandai dengan usia yang masih awal secara ekonomi yaitu permulaan bekerja sampai dengan pertengahan kehidupan pekerjaannya (20-29 tahun).
Tahap stabil adalah ketika posisi secara pekerjaan dan keuangan juga makin baik dimana biasanya digambarkan dengan usia paling produktif yaitu 30-54 tahun. Dan tahap mapan adalah ketika tidak lagi menjadikan pekerjaan sebagai sumber ekonomi yaitu ketika berusia lebih dari 55 tahun.
Sementara bagi mereka yang membaginya menjadi empat bagian, mereka mendefinisikan usia di atas 65 sebagai tahapan berbagi.
Baca Juga: Wanita Ini Menginvestasikan Rp 2 Miliar untuk Bisnis Kecoa, Siapa Sangka Hasilnya Luar Biasa
Portofolio investasi
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
KOMENTAR