Advertorial
Intisari-Online.com -Aksi Menteri Kelautan dan Perikanan saat menenggelamkan 13 kapal asing ilegal di PUlau Datuk, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (4/5/2019) disambut gembira oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Menteri Susi sendiri terlihat memantau langsung aksi yang didokumentasikan dalam video berudrasi 1 menit dan diunggah di akun Twitter Susi.
Video tersebut disambut gembira sebab aksi Susi selama ini menenggelamkan kapal terbukti memiliki dampak positif bagi Indonesia.
Ya, dalam waktu 4,5 tahun menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Susi telah menenggalamkan 501 kapal pencuri ikan.
Baca Juga : Menteri Susi Tenggelamkan 13 Kapal Vietnam: Amankah Menenggelamkan Kapal di Lautan?
Selain mempertahankan mata pencaharian para nelayan Indonesia, kebijakan penenggalaman kapal tersebut juga telah membuat Indonesia memiliki banyak ikan untuk diekspor.
Indonesia kini telah menjadi pengekspor tuna terbesar di dunia.
Todung Mulya Lubis, Duta Besar Indonesia untuk Norwegia mengatakan, komoditi hasil laut Indonesia akan semakin mendominasi pasar dunia.
Ini karena Norwegia telah mengimpor beberapa produk ikan laut seperti barramundi, tuna, red snapper, makarel dan komoditi hasil laut lainnya seperti kepiting, udang, cumi-cumi, lobster serta rumput laut.
Kabar baik bagi Indonesia itu terungkap saat Todung Mulya Lubis berkujung ke perusahaan Importir Norwegia Sletten Norge AS (sektor seafood) dan Scanesia AS (produk makanan/minuman kemasan).
Meski sudah menjadi yang ekportir terbesar untuk beberapa jenis ikan laut, nyatanya Indonesia masih kalah oleh China sebagai produsen ikan laut terbesar di dunia.
Setidaknya hal ini juka merujuk pada data tahun 2016 yang diunggah sendiri oleh Menteri Susi melalui akun Twitter-miliknya.
Dalam tabel yang diunggah oleh Menteri Susi tersebut, total produksi perikanan Indonesia mencapai 23,2, juta ton.
Dengan rincian 6,5 juta ton merupakan perikanan tangkap dan 16,6 juta ton merupakan perikanan budi daya.
Dengan pencapaian tersebut, Indonesia berada di posisi kedua negara produsen ikan terbesar di dunia.
Berada di peringkat pertama adalah China dengan total ikan yang dihasilkan sebanyak 81,5 juta ton.
Secara lebih rinci, China menghasilkan 17,8 juta ton perikanan tangkp dan 63,7 juta ton perikanan budi daya.
Melihat data tersebut dan keberhasilan Indonesia meningkatkan produksi ikan laut melalui penenggelaman kapal pencuri, maka Menteri Susi yakin bahwa bukan hal yang mustahil Indonesia kelak bisa mengalahkan China sebagai produsen ikan laut terbesar di dunia.
"Saya percaya jika kita terus membenahi pencurian ikan ilegal dan ekspor tak tercatat, Indonesia bisa menjadi nomor 1!" cuit Susi (7/5/2019).
Ya, seperti yang dikatakan Todung, dengan semakin gencarnya upaya pemberantasan IUU Fishing dan praktek penangkapan ikan (termasuk budidaya ikan) yang berkelanjutan, merupakan suatu keniscayaan komoditi hasil laut Indonesia akan semakin mendominasi pasar dunia di masa mendatang.