Advertorial

Mak Pak Kim, Pria Asal Medan yang 'Berkebun' di Ruko Lantai 5, Dari Bawang Hingga Kacang Tanah, Kreatif!

Ade S

Penulis

Mak Pak Kim menjadikan lantai lima dari rumah toko (ruko) sebagai 'lahan' untuk bercocok tanam sejak Januari lalu.
Mak Pak Kim menjadikan lantai lima dari rumah toko (ruko) sebagai 'lahan' untuk bercocok tanam sejak Januari lalu.

Intisari-Online.com -Sulit rasanya membayangkan bisa bercocok tanam bagi mereka yang tinggal di perkotaan yang padat.

Jangankan lahan untuk bercocok tanam, lahan untuk bergerak saja rasanya sangat sulit.

Itu pula yang sempat terpikir olehMak Pak Kim. Dia ingin bisa bercocok tanamnamun tak ada tanah untuk digarap.

Tapi, pria asal Medan ini tak menyerah dengan keterbatasannya, dia justru menjadikan lantai lima dari rumah toko (ruko) sebagai 'lahan' untuk bercocok tanam. Berikut ini kisahnya.

Baca Juga : Berkebun, Yuk! Karena Menurut Penelitian Dapat Mengurangi Risiko Serangan Jantung

Raung kendaraan menderu dari pagi hingga sore. Suara peluit petugas parkir nyalang terdengar mengatur lalu lalang di Jalan Mesjid, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat.

Jalan Mesjid terkenal sebagai salah satu pusat percetakan dan bengkel spare part kendaraan bermotor.

Di lantai lima ruko, Mak Pak Kim sibuk merawat bawang putih yang ditanamnya sejak Januari lalu.

Seolah tak terpengaruh oleh keriuhan jalan raya, Mak Pak Kim setia dengan tanamannya. Setiap pagi dan sore dia mencabut rumput, membersihkan daun yang kering dan menyiraminya.

Baca Juga : Anda Suka Berkebun? Banggalah, Sebab Ada 5 Manfaat Kesehatan Luar Biasa dari Hobi Berkebun

Aktivitas naik dan turun lima lantai di rukonya dilakukan setiap saat. Tak terlihat napasnya 'ngos-ngosan' karenanya.

Di lantai lima, dia menanam berbagai tanaman. Mulai dari mangga, jambu air, bawang kalimantan, dan lain sebagainya. Tempatnya tidak lebar. Tapi di sini pula dia menanam bawang merah, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, bawang putih.

Dia membudidayakannya secara bergiliran.

Dia menanam bawang merah dengan biji, bukan umbi. Di petak berukuran 1x1 meter, bisa diisi dengan 25 polybag.

Menurutnya, dibutuhkan 4 polybag untuk menghasilkan 1 kilogram bawang. Dari 1x1 meter saja, dia bisa menghasilkan lebih dari 4 kilogram, tergantung dari ukuran besar kecilnya bawang saat panen.

Usai menanam bawang merah, dia menanam kacang tanah, kedelai dan kacang hijau dengan pola tumpang sari.

Tak banyak memang, hanya beberapa polybag. Tapi dia berhasil memanen setengah kilogram kacang tanah, 200 gram kedelai, dan 100 gram kacang hijau.

Saat ini, Pak Kim sedang membudidayakan bawang putih. Benihnya dari bawang putih yang dibelinya di pasar.

Baca Juga : Berkebun Angin, Memanen Listrik dan Menjadikannya Sumber Energi Alternatif di Masa Depan

Menurutnya, bawang putih yang disimpan di dalam lemari es selama beberapa waktu akan tumbuh tunas. Dia sengaja membeli bawang putih untuk ditanamnya.

Dia menempatkannya di keranjang tempat sampah yang diisinya dengan tanah humus. Saat ini umurnya sudah lebih dari empat bulan dan tumbuh dengan baik.

Dia mengaku tidak tahu berapa lama bawang putih bisa dipanennya. Namun ada satu yang sudah dicabutnya.

"Panennya lama. Siungnya aja lama besarnya. Kelihatannya biji (bawang) tunggal. Bawang tunggal Rp 150 ribu/kilogram," katanya, Selasa (30/4/2019).

Pak Kim dengan senang hati berbagi pengetahuan, pengalaman dan semangat.

Usianya yang sudah lebih dari setengah abad tak mengurangi keinginannya mengetahui seluk beluk tanaman lalu membagikannya kepada orang yang bertanya.

Dia pun tak merasa risau jika pengetahuannya diketahui orang lalu mengerjakannya. Menurutnya, akan lebih baik jika banyak orang mengetahui bagaimana menanam secara efektif meskipun dengan lahan yang terbatas seperti dirinya di lantai 5.

"Kalau orang tahu, bagus. Kita belajar lagi, buat lagi yang lain," katanya.

Baca Juga : Serbaguna! Ternyata Cuka Punya Banyak Manfaat dalam Berkebun, Ini 7 Cara Menggunakannya

Menurutnya, di umurnya saat ini dia ingin berbuat lebih banyak hal-hal yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Tak ada rahasia baginya mengenai tanaman.

"Saya tahu, saya beritahukan ke orang lain. Seperti biji bawang merah itu. Awalnya saya tak tahu dari mana asalnya biji. Setelah saya cari tahu, ternyata dari bunganya. Orang harus tahu, buat. Itu kan bisa membantu orang," katanya.

Dia menambahkan, tanaman membutuhkan lahan. Namun lahan tidak harus luas.

Beberapa tanaman bisa ditanam di lahan yang terbatas sekalipun. Dia sudah mencobanya, dari bawang merah, kacang tanah, kedelai, kacang hijau hingga bawang putih.

Dia juga pernah memperbanyak bibit mangga dengan cangkok di tempat yang sama.

"Semuanya itu bisa ditanam. Di lantai lima pun. Walau dengan polybag dan panas 'kali, kita bisa panen," katanya.

Dikatakannya, dia menanam kacang tanah, kedelai dan kacang hijau karena rasa penasaran apakah begitu sulitnya untuk menanamnya sehingga produksinya, khususnya di Sumut dan Indonesia pada umumnya begitu kecil dan tak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Saya mencobanya, apakah sulit nanamnya, saya coba di atas ini, dan saya berhasil. Artinya dari sisi pertanamannya mudah, kenapa tidak banyak yang menanamnya. Tapi kenapa, kita masih impor dari dulu sampai sekarang, mungkin faktor pasar," katanya.

Dia berharap siapa pun tidak perlu ragu untuk menanam, apalagi dengan alasan keterbatasan lahan di perkotaan. Model hidroponik sudah banyak dicontoh dan dilakukan orang.

Baca Juga : Asyik Berkebun, Pasangan Ini Temukan Harta Rampokan Senilai Hampir Rp1 M

Begitu halnya yang dilakukannya bisa juga ditiru dan dilakukan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau dijual.

"Misalnya bawang merah, harganya kan Rp 30 ribuan/kilogram, kalau tanam sendiri kan untung. Tak susah kok. Hanya tekun saja lah. Merawatnya dengan senang hati," katanya.

(Dewantoro)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Mak Pak Kim Bercocok Tanam di Ruko Lantai 5, Panen Bawang hingga Siap Tularkan Ilmu".

Baca Juga : Untuk Jadi Perhatian, Wajah Perempuan Ini Jadi Bengkak Hanya Gara-Gara Goresan Kecil di Hidung Saat Berkebun

Artikel Terkait